Mohon tunggu...
Brader Yefta
Brader Yefta Mohon Tunggu... Administrasi - Menulis untuk berbagi

Just Sharing....Nomine Best in Specific Interest Kompasiana Award 2023

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Mengapa Meratap karena Corona, Padahal di Bawah Atap Ada Semangat yang Merona

3 Mei 2020   18:53 Diperbarui: 3 Mei 2020   21:42 395
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bulan baru semangat baru. 

Kalimat di atas itu biasanya saya tuliskan sebagai update status di WA setiap tanggal satu pada setiap bulan. Tujuannya tak lain adalah menyemangati diri sendiri. Syukur -syukur bila orang lain juga kecipratan semangat kala membaca...hehe. 

Mungkin lantaran itu saya tertarik pada salah satu ilustrasi. Perumpamaan tentang inisiatif sebuah kabel charger HP yang tak minta bantuan orang lain untuk dicolok ke sambungan arus, namun dia sendiri yang mencolokkan dirinya agar baterenya tetap hidup. Bukan sebab kabel itu tak butuh penghubung untuk mengalirkan arus di badannya, akan tetapi andai dapat melakukan sendiri, mengapa harus menunggu. 

Pesan yang terkandung adalah orang lain sebagai pendorong semangat itu baik. Tapi seberapapun banyaknya penasihat dan pendukungmu di luar sana, yang menentukan adalah dirimu sendiri. Bangkit, berdiri, jalan dan lakukan sesuatu ataukah mau terus rebahan, duduk dan ngga ngapa-ngapain. 

Kok gitu sih? Iya, karena ada tipe orang yang hanya mau curhat, curcol, mau didengerin, tapi setelah dikasi solusi, dikasi wejangan, ngga jalan -jalan juga hingga dua purnama berlalu. Kepengennya punya ini dan itu. Mengkhayal indah tapi tak jua melangkah. Padahal seribu langkah dimulai dari satu langkah. 

Dan bila tak pernah melangkah bakalan terus di situ.Hanya sekedar angan. Meminjam liriknya Anggun C Sasmi, melambung jauh terbang tinggi bersama mimpi. Setelah sadar, banyak kesempatan dan waktu yang terbuang percuma.Ntar sok ntar sok alias ntar besok ntar besok hingga besok yang kesekian harinya ngga bergerak -gerak juga. Itu badan apa truk tronton ya...:)

Diam di tempat sih aman. Tak ambil resiko alias tak mau capek. Tapi bila hidup tak bergerak 'maju' berarti berarti membiarkan tuk terlindas oleh jaman. Dulu sebelum awal 2000 an, studio foto sedemikian larisnya. Mau  foto atau cetak foto, hitam putih,berwarna, ukuran berapa R pun selalu ditunggu pelanggan. Tapi setelah ngetrend jaman android , mulai kamera 360 sampai kualitas HD sudah ada dalam genggaman tangan, studio foto mulai kekurangan pelanggan. 

Apalagi setelah foto hitam putih sudah jarang dipakai dalam ijazah sekolah atau sertifikat dan dokumen lainnya. Hitam putih fotomu hanya ada dalam album kenangan...hehe, kata penyanyi lawas Teh Ratih Purwasih . Iya, kini berganti folder di PC dan galeri android menjadi album tempat menyimpan foto.   

Cara kita beradaptasi dengan krisis (corona) menentukan sejauh mana kita bertahan

Jaman sulit gara -gara Covid-19 masih mewabah. Banyak orang merasa stress. Kerja dibatasi, ruang kerja sudah tak ada lagi alias di PHK. Ibu -ibu dan bapak -bapak juga ikut tertekan lantaran harus temani sang anak belajar di rumah. Iya kalau orang tuanya ngerti materi pelajarannya. Bila tidak, biasanya minta bantuan keluarga yang lain atau bayar guru private secara online. 

Itu masih mending. Bayangkan di Pulau Sumbawa,NTB ini yang tak semua desa nya dapat sinyal internet. Pernah suatu kali saya dan salah satu teman berkunjung ke Desa Lebin, satu Desa di Kabupaten Sumbawa yang jalannya masih jalan tanah hingga masuk ke pekarangannya. Saat duduk bersama nasabah, salah seorang keluarganya bolak balik naik ke atap rumah. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun