Mohon tunggu...
Muhammad Adiyaksa Putra
Muhammad Adiyaksa Putra Mohon Tunggu... Mahasiswa - MAHASISWA S1 ILMU HUKUM UNPAS

Belajarlah untuk mendapatkan kemuliaan dan keberkahan. Menulislah agar kamu dikenang abadi.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Eksploitasi Alam dan Keberlangsungan Hidup

6 Maret 2021   17:52 Diperbarui: 8 Maret 2021   19:41 205
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia


Era perkembangan industrialisasi maju dengan optimalisasi sumber daya alam dan manusia sebagai infrastruktur utama guna menompang pembangunan yang berkelanjutan memiliki implikasi terhadap kemajuan arah suatu bangsa. Global Suplly Chain saat ini menjadi salah satu komoditi utama untuk teralisasikan distribusi barang ke berbagai penjuru dunia, tak terkecuali di Indonesia sendiri, Kebutuhan  primer, sekunder dan tersierpun menjadi tombak hidup masyarakat. Partisipasi masyarakat dan pemerintah menjadi suatu responsilibility bersama dan harus terjalin baik, adanya kolaborasi dan harmonisasi yang tentunya sesuai dengan semangat visi misi negara.

Salah satu bentuk dari terealisasikannya pembangunan ini adalah pemeretaan industry manufaktur di penjuru Indonesia. Di karawang sendiri Kawasan pabrik yang terhimpun, Fakta Jabar dari Disnakertrans Karawang, hingga tahun 2018 terdapat 13.756.358 hektar luas lahan yang diplot sebagai lahan industri. Selain itu berdasarkan data yang dihimpun dari Disnakertrans Karawang, dijelaskan bahwa hingga 2018, jumlah pabrik yang beroperasi di kabupaten ini sebanyak 1.762 pabrik. Rinciannya, pabrik swasta sebanyak 787, PMDN sebanyak 269, PMA sebanyak 638, dan Joint venture tercatat sebanyak 58 pabrik.

Selama bertahun-tahun proyek ini berdiri dengan harapan agar terciptanya penyerapan tenaga kerja bagi masyarakat karawang dan Indonesia. Tentu dengan perkembangan tekonologi dan ilmu pengetahuan terhadap keberlangsungan hidup masyarakat ini menuai kritik keras, berbagai sejumlah organisasi yang konsen terhadap lingkungan menolak dengan pertimbangan kelangsungan hidup alam.

periode Jokowi sesuai dengan nawa cita jilid 2 menjelaskan tentang penggenjotan infrastruktur secara masif dengan dalih untuk memberikan lapangan pekerjaaan bagi pengangguran. Alih-alih demikian justru menjadi dobrakan budaya baru yaitu eksploitasi alam yang sah secara hukum dengan intervensi konglomerat, adanya reklamasi secara brutal tanpa melihat mitigasi bencana, investor asing yang dengan seenaknya menggunakan alat-alat berat untuk mengeruk batu bara secara kapital untuk memperkaya diri, pembuangan limbah B3 kesungai tanpa pematuhan prosedur yang baik menyebabkan pencemaran lingkungan, penebangan hutan secara berkala karena menggap itu merupakan property pribadi, dan masih banyak kejadian buruk di negeri tanah surga.

Belum lama masyarkat Indonesia dikejutkan dengan pembangunan jurasic park di pulau rinca NTT. Pulau tersebut merupakan bagian dari Taman Nasional Komodo di Labuan Bajo, di mana warga dan hewan komodo yang dilindungi bisa hidup berdampingan, Pembangunan ini diharapkan mengundang banyak wisatawan lokal dan manca negara untuk menggenjot pemulihan ekonomi Indonesia. Gagasan ini dipelopori oleh  Luhut Binsar Panjaitan yang saat itu menjabat sebagai Menteri Koordinator bidang Kemaritiman tahun 2019 dengan rasionalisasi untuk mensejahterakan rakyat. Terjadi resistensi besar-besar bagi masyarakat lokal. Gregorius Afioma dari lembaga swadaya masyarakat 'Sunspirit for Peace and Justice' mengatakan, baik pemerintah pusat maupun daerah sama-sama mengabaikan konsep konservasi alam.

"Taman Nasional Komodo harus dilihat sebagai satu kesatuan ekosistem, bagaimana mungkin di Rinca dirancang bangunan yang semewah-mewahnya, sementara di Pulau Komodo dibuat seolah-olah harus alamiah, padahal kedua pulau itu sama-sama habitat komodo?" ujar Gregorius.

Sementara akademisi dari Jurusan Biologi Universitas Indonesia, Dr Jatna Supriatna mengatakan desain seharusnya dipikirkan secara cermat untuk tidak menganggu habitat komodo.

"Dengan konsep yang sekarang ... turis datang langsung ke tempat di mana komodo berada, sehingga mengubah behaviour [perilaku] komodo, itu juga menurut saya kurang bagus," tuturnya.

Karl marx melihat fenomena sosial ini merupakan eksploitasi alam dan hal ini  disebabkan oleh eksploitasi manusia terhadap manusia, artinya dampak ekologi yang terjadi di Indonesia seperti banjir, tanah longsor, kebakaran hutan, penipisan lapisan ozon dikarenakan keserakahan untuk menduduki kelas teratas borjuis dengan sistem kompetitif, Friedrich Engels melihat bahwa pabrik dan alat-alat produksi merupakan lintah darah bagi kelas pekerja karena dapat digunakan untuk memperkaya modal. Atau gambaran sederhana dari pandangan dede mulyatno dalam bukunya genaologi kapitalsime membeberkan tentang produksi yang berkelanjutan,tentu alam sekitar merupakan objek utamanya.

Dilain hal Jonathan stone menganggap bahwa pohon dan ekosistem yang ada didalamnya merupakan subjek yang memiliki hak untuk hidup, dia melakukan pembelaan di persidangan ,dan mengatakan kepada hakim " pohon memiliki hak untuk tetap berdiri". Atau epikurus salah satu tokoh Yunani kuno meninggalkan polis dan berbaur dengan alam sekitar sebagai cikal bakal lahirnya kosmopolitan

Fenomena sosial di abad ke-21 ini telah mempertontonkan dunia bahwa paradigma masyarakat mengalami kenaikan tingkat dari kesadaran naif menjadi kesadaran kritis, hal ini menghancurkan teori-teori abad modern dimana kapitalisme merupakan gerbang awal menuju welfare state. Anak kecil di Sweden bernama greta Thunberg menyadarkan dunia bahwa hal apapun berkaitan dengan eksploitasi alam ini akan menghancurkan masa depan umat dan bangsa. Konstruksi pemikiran abad post modern ini ingin mengatakan bahwa seluruh alam semesta merupakan subjek yang equal dan tidak boleh ada yang dilanggar karena dia merdeka. Konvensi stokholm,rio de jaenero dan paris ini merupakan jantung utama bagaimana keberlangsungan lingkungan hidup harus tetap terjaga dari keberingasan para investor untuk menanam modal.

rachael carson "silent spring" (musim semi yang sunyi)  buku tersebut sedikit menggambarkan bahwa identiknya musim semi itu dengan kicau burung-burung yang indah ,tetapi pada saat yang sama burung tersebut hilang, hal ini dikarenakan adanya penyemprotan hama dan bahan-bahan pestisida yang terserap didalam buah-buah yang panen dan dimakan oleh burung dan akhirnya mati. Buku ini menjadi salah satu sumber inspirasi Gerakan anti pestisida pada tahun 1966.

Aktivis lingkungan hidup seperti WWF, Greenpeace, Walhi mereka menaruh harapan bahwa keberlangsungan alam ini akan tetap terjaga bilamana manusia sadar, perusakan dan penghacuran ekosistem alam merupakan pelanggaran sunnatullah. Dan dapat dimungkinkan pula ketahanan sumber daya alam akan habis dan tidak bisa diperbaharui hanya dengan mengandalkan teknologi yang cenderung destruktif,tidak memiliki implikasi yang baik.

kita seolah-olah melihat hal ini menjadi suatu yang paradoks, disatu sisi tantangan jaman meninginkan agar setiap negara berkompetisi menjadi juara satu dan tentunya dengan harapan masyarakat bisa mendapatkan porsi yang sejahtera, dilain hal ada beberagai dampak krisis ekologi yang menyebabkan habitat-habitat alam terganggu dan justru dilihat secara ekstrem akan mengalami kepunahan..


Oleh : M. Adiyaksa Putra



 


Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun