Mohon tunggu...
Aditya
Aditya Mohon Tunggu... Freelancer - Mahasiswa Sosiologi

Mengharap semua orang senang dengan pikiranmu adalah utopis. Keberagaman pikiran adalah keniscayaan yang indah.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

LGBT Produk Gagal

18 Desember 2019   11:26 Diperbarui: 18 Desember 2019   11:46 119
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kita tentu tidak asing lagi mendengar yang namanya LGBT, karena mungkin diantara kita ada yang berteman dengan mereka maupun pernah berinteraksi dengan mereka. 

LGBT sudah lama ada di Indonesia hal ini Saya ketahui dari pernyataan Wisnu Adhirtono, yang menyatakan bahwa pertanyaan tentang Homoseksualitas di Indonesia tumbuh dari latar belakang budaya dan sejarah yang panjang dan rumit.

Keberadaannya telah ditulis dalam sejarah sebagai bagian dari budaya dan tradisi Indonesia. Menurut antropolog Amerika, Tom Boellstorff, Indonesia (pada waktu itu Indonesia masih disebut sebagai Kepulauan) telah menyadari isu homoseksualitas selama setidaknya 1.000 tahun. Pada saat itu, homoseksualitas Indonesia dikategorikan berdasarkan pada konsep etnisitas dan lokalitas.

Kita bisa melihat contoh komunitas Bissu di Sulawesi Selatan yang dianggap sebagai seorang hermaphrodite dan sebagai orang suci, karena kekuasaannya untuk berdialog dengan dewi. Contoh lain adalah hubungan cinta antara Warok dan Gemblak dalam tarian Reog di Ponorogo, Jawa Timur. Saya percaya bahwa ada banyak kegiatan tradisional homoseksualitas di Indonesia.

Keberadaan kaum LGBT  kini menjadi sebuah masalah di berbagai daerah di Indonesia dalam beberapa tahun belakangan ini, tak terkecuali di Pekanbaru, mereka mendapatkan penolakan dari lingkungan masyarakat seperti ditolak masuk ke lembaga pendidikan, bekerja dll.

Sebelum kita berbicara jauh mengenai LGBT, maka kita perlu memahami mengenai sex dan gender dikarenakan sex dan gender ibarat dua mata uang yang tak terpisahkan, namun masyarakat masih banyak yang tabu dalam membedakan keduanya dan ini menjadi hal mendasar dari penolakan masyarakat terhadap kaum LGBT serta menjadi perdebatan di masyarakat itu sendiri karena memang sex dan gender saling berkaitan.

Mengambil pendapat West dan Zimmerman, Jenis Kelamin (Sex) diperoleh secara biologis. Artinya terkait dengan anatomi, hormone dan fisiologi. Gender adalah status yang dicapai (Achieved Status) yang dikontruksikan secara psikologis, kultural dan sosial. Sederhananya sex itu terbagi menjadi dua laki-laki dan perempuan, begitupun dengan gender yaitu maskulin dan feminis.

Dapat kita pahami dari pengertian diatas bahwa sex didapat secara biologis atau yang sering diungkapkan oleh masyarakat sebagai kodrat atau pemberian Yang Maha Kuasa. 

Sebaliknya gender didapat individu melalui serangkaian proses interaksi dengan lingkungan sosialnya. Sangat salah apabila mereka mengatakan bahwa kondisi mereka saat ini merupakan kodrat, karena sudah jelas, yang kodrat itu adalah sex (jenis kelamin) bukanlah gender, sedangkan gender adalah hasil dari proses yang dibentuk oleh lingkungan sosialnya.

Individu dapat menjadi LGBT disebabkan berbagai faktor, namun saya sangat menyoroti faktor keluarga serta lingkungan bermain individu. Menurut Parsons bahwa terdapat dua fungsi yang esensial keluarga yakni pertama keluarga sebagai tempat sosialisasi yang utama bagi anak-anak dan tempat mereka dilahirkan dan kedua tempat stabilitas kepribadian remaja atau orang dewasa.

Keluarga termasuk lembaga sosial yang memainkan peranan sangat penting dalam membentuk gender dan orientasi seksual individu serta harus pula memiliki daya tahan yang tangguh, di dalam keluarga terdapat berbagai fungsi yang mana fungsi ini lah yang akhirnya membentuk gender maupun orientasi seksual individu. Dimana keluarga memiliki fungsi seperti, keagamaan, sosial budaya, kasih sayang, proteksi, reproduksi, sosialisasi dan pendidikan, ekonomi, dan pembinaan lingkungan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun