Mohon tunggu...
Aditya Hehanussa
Aditya Hehanussa Mohon Tunggu... Jurnalis - Selebihnya tentangmu | WA:081248908542

Cintai cinta untuk menjadi cita-cita

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Wanita Kantung Plastik

23 Desember 2020   23:05 Diperbarui: 23 Desember 2020   23:05 42
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
dimuat dari Ambon,ameksOnline

Ardila, 22 tahun, mahasiswi STIKES Maluku Husada.  Anak pertama dari pasangan suami istri, La Acang dan Waadia memilih berjualan kantung kresek demi mencukupi kebutuhan kuliahnya.

Pagi sebelum matahari menampakan cahaya, Ardila sudah lebih dulu menyapa matahari dengan senyuman. Jam 6.00 Ardila mulai bergegas menuju Pasar Mardika untuk berjualan kantung kresek, dalam ransulnya, ia membawa perlengkapan Kuliah agar tidak lagi balik ke rumah ketika hendak ke kampus.

Satu lembar kantung kresek ia pasarkan dengan harga Rp.1000 dan bisa menghasilkan Rp.80.000 per harinya. Wanita cantik ini  tidak pernah lupa dengan kuliahnya, sempat ia melakukan aktifitas kuliah sekaligus berjualan. Di masa pandei Covid-19 memaksanya harus bekerja keras guna menambah pundi-pundi ekonomi keluarganya. Ardila memiliki dua adik, yang satu perempun dan yang satunya lagi laki-laki. Adik perempuannya memilih untuk menikah di usia mudah dan adik laki-lakinya memilih untuk berhenti sekolah di bangku Sekolah Dasar (SD).

Aku sempat berpikir, jika aku yang berada di posisinya sudah barang tentu punya rasa malu terhadap teman-teman kuliahku, tapi berbeda dengan Ardila yang memang tidak sedikitpun malu terhadap semua itu karena yang dia lakukan halal dan tidak mencuri.

Tidak hanya berjualan kantung kresek, sebelumnya di semester pertama, ia juga pernah bekerja di salah satu restoran namun orang tua Ardila menyuruhnya untuk berhenti dari pekerjaan itu dan kemudian di semester berikutnya ia melamar pekerjaan di Perusahaan Ikan, namun lagi-lagi Ardila dilarang untuk bekerja. Darisitu ia memutuskan untuk membantu Waadia (ibunya) berjualan di pasar.

Walaupun kuliah sambil bekerja, Ardila mampu untuk merai prestasi yang sangat memuaskan. Pasalnya, saat semester empat ia mendapatkan nilai 4,00. Gila! Kalau saya mana mungkin bisa kaya gitu, belum lagi pekerjaan yang menuntun saya harus membagi waktu. Tapi wanita cantik itu mampu mangatasi semuanya dengan sanggat tentang, entahlah.

Seperti hari-hari biasa, kini Ardila mulai berangkat ke pasar dan menyusul ibunya yang sudah lebih awal ke pasar. Usia yang masih terbilang sangat muda, membuatnya begitu semangat untuk memulai harinya di pagi ini. 

Sesampainya di pasar, ia kini mulai berjualan dengan penuh semangat dan tidak lupa dengan senyum ala ibu perawat. Maksudnya calon ibu perawat.

Matahari yang makin marah telah menandakan waktu untuk makan siang, namun ia belum juga makan dan masih berjualan kresek berdampingan dengan ibunya. Wajah kusam penuh keringat dan dibaluti rasacape pun tidak sedikitpun mengurangi semangatnya untuk tetap berjualan.  

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun