Mohon tunggu...
Aditya Prahara
Aditya Prahara Mohon Tunggu... Jurnalis -

Suka olahraga. http://adityaprahara.blogspot.co.id

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Gara-gara Gaptek, Kurang Teliti Sebelum Membeli

1 Februari 2015   05:17 Diperbarui: 17 Juni 2015   12:01 300
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_366755" align="aligncenter" width="630" caption="Ilustrasi/Kompasiana (tribunnews.com)"][/caption]

Pernahkan Anda membeli barang atau jasa? Pasti setiap hari. Masyarakat modern mana yang tidak membeli setiap hari? Sehari-hari kita sebagai masyarakat era kekinian pasti melakukan pembelian barang atau jasa. Apalagi kebutuhan di era ini makin beragam saja. Sebut saja makanan, minuman, pulsa, listrik, biaya pendidikan, internet, pakaian, dan lain sebagainya. Namun apakah Anda juga berjualan setiap hari? Tidak semuanya akan menjawab iya karena memang tidak semua dari kita adalah pedagang yang menjual barang atau jasa.

Namun, di era modern ini ada satu hal yang tidak bisa diatasi oleh semua orang yaitu, penipuan. Hampir setiap hari pasti ada orang yang berbohong di sekeliling kita entang tentang apapun itu. Pun demikian dengan penipuan yang bertujuan mendapatkan rupiah. Modusnya pun beragama mengikuti perkembangan teknologi. Penipuan ini tidak bisa diatasi begitu saja, kitalah yang harus mencegahnya dengan cara jangan sampai menjadi korban. Namun pernahkan Anda ditipu oleh penjual ketika Anda membeli barang atau jasanya? Saya pernah mengalaminya.

Kejadian ini terjadi sekitar setahun lalu. Hal ini terjadi berawal dari laptop saya yang menggunakan windows 7 ini bermasalah. Masalah muncul ketika tiba-tiba ikon pengisian baterai menunjukkan tanda silang merah. Lantas saya arahkan kursor menuju ikon tersebut dan tertulislah “Plugged in, not charging. Consider replacing your battery”. Saya pun menganggap baterai laptop saya sudah sepantasnya diganti. Karena era kekinian era online, saya pun segera mencari tahu masalah pada laptop saya ini lewat Mbah Google. Ternyata kasus ini memang sering terjadi pada windows 7. Untuk memulihkannya, diperlukan beberapa cara. Jika cara itu berjalan dengan lancar, dan ikon pengisian baterai kembali normal itu artinya baterai masih bisa dipakai dan tidak perlu diganti. Namun kalau ikon pengisian baterai masih menunjukkan tanda silang, itu artinya baterai memang perlu diganti.

[caption id="attachment_366756" align="aligncenter" width="297" caption="Inilah yang pernah terjadi pada laptop saya (31/01/2014)/Kompasiana (dok. pribadi)"]

1422716928712961423
1422716928712961423
[/caption]

Saya pun langsung menjajalnya, dan ternyata ikonnya kembali sedia kala. Saya pun lega karena tidak perlu merogoh kocek untuk membeli baterai laptop baru. Tiga hari kemudian, takdir berkata lain. Ikon tersebut kembali memiliki tanda silang. Saya pun mencoba mengulangi tips yang saya dapatkan sebelumnya. Dan kali ini ikon tersebut tidak kembali normal. Saya mengulanginya sampai tiga kali dan sia-sia saja.

Saya pun dilema, haruskah saya membeli baterai baru? Karena memang pada kondisi seperti ini laptop saya masih bisa dipakai selama charger masih terhubung ke laptop. Tapi kondisi memiliki beberapa kekurangan. Pertama laptop saya tidak bisa mobile seperti sebelumnya. Saya jelas sangat bergantung pada colokan. Colokan tidak ada atau charger tidak menancap, laptop akan mati. Kedua, bagaimana jika di tengah-tengah mengerjakan tugas atau hal penting lainnya, tiba-tiba listik padam? Ya mungkin data saya masih akan tersimpan, tapi jelas kondisi tersebut membuat saya tidak nyaman. Akhirnya saya putuskan untuk membeli baterai baru untuk laptop saya. Karena saya jelas membutuhkan laptop ini untuk tugas-tugas kuliah. Terpaksa deh tabungan saya berkurang.

Saya pun langsung mengunjungi beberapa lapak jual-beli online. Syukur Alhamdulillah, ternyata ada yang menjual betarai untuk tipe laptop saya yang juga beralamat di Surabaya. Saya pun langsung menghubungi si penjual. Penjual bilang barangnya ada. Sebelum membeli, saya pun memastikan kepadanya bahwa barangnya asli. Ternyata dia bilang dia memang menyediakan yang asli tapi harganya mencapai 1 juta lebih. Sedangkan kalau mau yang murah harganya ‘cuma’ 700an ribu tapi itu KW. Sebenarnya saya merasa berat hati. Masak uang sebanyak itu dipakai untuk beli baterai laptop (maklum mahasiswa rantau).

Dengan segala rayuan manis si pembeli saya pun akhirnya setuju untuk membeli si baterai yang katanya berkualitas KW super seharga 700 ribu itu. Kami sepakat untuk melakukan COD (Cash On Delivery) yang artinya si penjual mengirim barang itu dulu ke tempat yang telah kami sepakati, jika saya memang jadi membeli, baru saya membayar barang yang saya beli itu di tempat. Si penjual menanyakan sebuah alamat dan saya beri alamat kos saya.

Sebenarnya untuk urusan teknologi seperti saya tidak begitu cakap. Ya patut dibilang saya ini gagap tekonologi (gaptek). Jadi saya memang tidak tahu baterai yang dibawa si penjual kualitasnya bagus atau tidak. Tapi karena memang kebutuhan mendesak, saya pun  langsung sepakat untuk membelinya. Si penjual juga mengatakan garansi baterai ini hanya tiga bulan. Bila dalam jangka waktu tersebut ada sesuatu yang terjadi langsung saja lapor. Saya pun jadi merasa tenang.

[caption id="attachment_366757" align="aligncenter" width="565" caption="Ilustrasi/Kompasiana (tribunnews.com)"]

1422717232358473915
1422717232358473915
[/caption]

Jadilah hari-hari saya diisi oleh ‘keluarga baru’ dalam kehidupan saya. Saya menyimpan baterai ori yang rusak itu di laci meja belajar saya. Dan memang laptop saya menjadi sembuh kembali seperti sedia kala.

Suatu ketika seorang teman kuliah saya (tidak perlu saya sebutkan namanya dan tenang saja laki-laki juga kok) sedang ingin meminjam buku dan datang ke tempat kos saya. Ternyata teman saya ini datang kemari tidak hanya ingin meminjam buku, tapi juga istirahat. Akhirnya kami pun banyak mengobrol. Di tengah obrolan itu, saya ingat bahwa dia cukup banyak tahu tentang komputer. Saya pun memamerkan baterai laptop saya. Percakapan kami menggunakan Bahasa Jawa.

“Aku baru saja beli baterai laptop baru nih,” pamer saya.

“Oh iya? Coba lihat, Dit? Berapa kamu beli?” tanyanya.

“700 ribu,” jawab saya sambil melepas baterai laptop dan menunukkannya pada teman saya itu.

“Ori nggak nih?” tanyanya lagi.

“Kata penjualnya sih KW. Tapi KW super lho,” balas saya bangga.

“Hah!” tiba-tiba dia memekik. “Kena tipu kamu, Dit. Harga segitu sudah bisa dapat yang ori. Kalau KW yang sekitar 100 ribu sampai 300 ribu.”

Saya terkejut juga tapi saya tidak ingin terlihat kikuk di depannya. Saya pun mejelaskan dulu tentang masalah laptop saya. Sepanjang penjelasan saya ia hanya tersenyum melihat ketololan saya menghadapi masalah ini. Akhirnya ia menjelaskan panjang lebar solusi untuk kasus saya.

“Pertama memang begitu. Dari segi harga kamu sudah ditipu. Sebenarnya penjual juga tidak salah sih, dia punya barang, memberi tahu nominal harga, dan kamu setuju. Untung besar tuh si penjual,” ujarnya sambil senyum menggoda saya. “Nah untuk masalah baterai ini sebenarnya bisa diakali dengan membeli sel.”

Saya mulai bingung.

“Nggak akan ngerti kamu. Intinya ada solusi yang jauh lebih murah dan berkualitas dibanding membeli baterai ini dengan harga yang bisa dipakai makan anak kos untuk tiga minggu hingga satu bulan.” Lagi-lagi ia menggoda.

Saya pun terperanjat. Merutuki diri sendiri dan menyesal kenapa saya sampai sebodoh ini.

“Kamu pun harusnya tanya-tanya dulu sama yang lebih paham. Kalau begini kan menyesal. Teknologi memang ladang emas bagi orang yang punya niat jahat. Karena masih banyak masyarakat kita yang belum paham betul teknologi, itulah santapan mereka. Berjualan sesuatu dan kalau tidak tahu kita jadi sasaran penipuan deh,” terangnya.

“Tapi aku tidak ditipu kan? Orangnya bilang ini memang KW,” belaku.

“Iya kamu tidak ditupu. Baterai ini memang KW, dan orangnya bilang KW. Tapi soal harga, jelas untung banyak kan dia?”

Saya sebenarnya tidak tertipu karena memang itu karena kesalahan saya. Tapi di luar sana jelas ada banyak penjual yang menjual barang atau jasa tidak sesuai dengan keadannya. Antara ucapan dan kondisi barang tidak sesuai, nah ini yang jelas-jelas penipuan.

Semenjak kejadian itu saya jadi lebih waspada dalam membeli barang apapun. Penjual yang menipu pembeli memang ada di mana-mana. Apalagi kini konsep ini telah membudaya di mana-mana pula. Saya tidak menuduh bahwa semua penjual pasti penipu. Namun kita sebagai pembeli hendaknya lebih berhati-hati ketika membeli barang apa pun itu. Pertama, tanyakan dulu pada yang lebih mengerti. Kedua, jangan lupa survei harga dengan melakukan perbandingan harga antara satu penjual dengan penjual yang lain. Ketiga, ang tak kalah penting adalah periksa dulu bagaimana kualitas barang yang akan Anda beli. Bagi penjual yang suka menipu, jangan mengeluh pada saya kalau omsetnya berkurang. Jauh lebih baik kalau menjual sesuatu apa pun itu tanpa menipu, bukan?

Dan pada akhirnya, baterai ‘KW super’ itu kini sudah ‘pergi’.

Jember, 31 Januari 2015

Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun