Mohon tunggu...
Adi Triyanto
Adi Triyanto Mohon Tunggu... Buruh - Buruh Sebuah Perusahaan swasta Di Tambun- Bekasi-Jawa Barat

Lahir Di Sleman Yogyakarta Bekerja dan tinggal Di Bekasi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Kejamnya Dunia?

16 Oktober 2020   05:30 Diperbarui: 16 Oktober 2020   05:42 236
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Kata orang dunia ini kejam. Tak mengenal rasa iba. Tidak mempunyai belas kasihan. Tak mengenal perkecualian. Yang kalah bersaing silakan minggir. Dunia hanya memberi panggung bagi yang terbaik. Yang luar biasa. Yang biasa biasa saja, dia paksa untuk berdiri menonton . Memandang penuh takjub aktor aktor terbaik menampilkan kebolehannya di atas panggung dunia. . Lalu ikut menangis bila sang aktor di atas panggung menangis. Di waktu yang lain ikut tertawa ketika aktor di atas panggung tertawa. Orang yang biasa-biasa saja tidak punya hak dan kesempatan dituliskan kisahnya di atas panggung dunia. Mereka tidak memiliki kebanggaan. Tidak mempunyai cerita kesuksesan.

Dunia memang kejam. Tetapi dunia juga adil. Bahkan sangat adil. Semua diberi kesempatan yang sama untuk menampilkan kemampuan terbaiknya. Tidak melihat warna kulitnya apa. Tidak memandang berasal dari ras apa Silakan berkompetisi,. Berjuang menjadi yang terbaik. Berusaha sekuat tenaga menjadi pemenang dari setiap persaingan . Persaingan untuk menjadi yang terbaik. Mengerahkan segala kemampuan yang ada. Jangan berjuang hanya setengah setengah . Kalau tidak ingin menyesal di kemudian hari. Ketika masa tua datang menghampiri. Dan saat itu penyesalan sudah tidak ada gunanya lagi. Dan tidak ada kemalangan yang lebih berat daripada penyesalan yang datang di masa tua, karena dunia akan menghukum dengan kejam. Tanpa mengenal ampun.

Dunia yang adil adalah dunia yang sudah menentukan harga dari setiap kesempatan untuk tampil di atas panggung dunia. Harga yang sama untuk semua orang. Harga untuk mengukir prestasi. Menorehkan kisah sukses. Demi menundukkan kejamnya dunia. Siapa yang bisa membeli harga dari sebuah prestasi terbaik,sebuah kesuksesan, berhak menemui dunia yang telah berubah wajahnya menjadi sangat ramah. Menyapa dengan penuh kesantunan. Memberikan penghormatan dan penghargaan yang pantas. Kemana pun kaki melangkah ke seluruh sudut sudut dunia.

Harga yang ditetapkan memang tidak murah. Ada biaya besar yang harus dibayar. Disana ada kerja keras. Ada totalitas. Ada kesungguhan. Ada pengorbanan waktu , tenaga dan uang.. Ada cucuran air mata. Dan cara membeli harga tersebut waktu paling tepat adalah waktu muda. Waktu yang masih memungkinkan untuk membayar semuanya dengan beberapa opsi yang bisa dipilih. Masa muda memungkinkan harga yang ditetapkan dibeli dengan cara diangsur sesuai kemampuan. yang penting mempunyai komitmen untuk menyelesaikan tepat waktu. Di masa muda juga masih memungkinkan untuk melakukan berbagai usaha dengan lebih mudah. Tenaga masih kuat . Waktu masih panjang . Semangat masih menggebu. Harga sebesar apapun masih bisa diselesaikan asalkan bisa membuat rencana yang matang dan penuh perhitungan. Dan komitmen kuat untuk menjalankan apa yang sudah di rencanakan. Bekerja lebih keraslah dan belajar lebih giatlah di waktu muda. Investasikan waktu, tenaga, pikiran dan uang di waktu muda. Maka di waktu tua akan memetik buahnya. Ada sebuah peribahasa yang tepat untuk menggambarkan ini, yaitu " Berakit rakit ke hulu berenang ke tepian ". Bersusah susah dahulu bersenang senang kemudian. Bersakit sakit dahulu waktu muda dan berbahagia kemudian di waktu tua menikmati semua keberhasilan. Kejamilah dirimu, agar kamu tidak dikejami oleh dunia. Dan saat yang tepat untuk mengejami diri adalah waktu muda. Ketika semua potensi, energi, semangat, waktu masih ada.

Orang yang tak pernah mengejami dirinya waktu muda, harus menebusnya dengan harga mahal di waktu tua. Yang biasanya dengan sebuah penyesalan . Penyesalan yang tidak berguna lagi. Penyesalan yang sudah terlambat. Penyesalan yang tidak akan bisa mengubah keadaan. Sebagaimana peribahasa mengatakan, "Sakit menimpa sesal terlambat ". Ada lagi peribahasa yang lain. " Telah karam maka tertimpa ".

Dan tidak ada penyesalan terbesar selain harus merasakan kejamnya dunia di waktu tua. Harga sebuah kesuksesan atau prestasi sebenarnya sama dengan waktu muda. Tetapi ketika harus membayar di waktu tua akan terasa lebih berat . Karena harus membayarnya secara kontan, tidak bisa dicicil. Dan dibayar saat itu juga. Padahal tenaga sudah tinggal setengah. Semangat tinggal seperempat. Dan waktu sudah kian dekat dengan akhir hayat. Adalah sebuah penderitaan terbesar ketika di masa tua , kita tidak punya kesempatan menikmati indahnya hidup, tetapi dipaksa berjuang mati matian mempertahankan diri dan keluarga agar tetap bisa hidup. Dengan bekerja keras membanting tulang. Bermandikan keringat di sekujur tubuh yang sudah mulai renta.

Kesimpulannya kejamilah dirimu waktu masih muda. Agar nanti waktu tua kamu bisa menikmati hidup. Dan tidak merasakan kejamnya dunia. Jangan pernah memanjakan waktu mudamu, yang pada akhirnya harus ditebus dengan penyesalan di waktu tua ketika tidak bisa menikmati indahnya hidup. Dan merasakan betapa kejamnya dunia. Padahal sebenarnya bukan dunia yang kejam tetapi karena kesalahan kita sendiri yang tidak bisa memanfaatkan kesempatan saat masih muda.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun