Mohon tunggu...
Adis Setiawan
Adis Setiawan Mohon Tunggu... Buruh - Mahasiswa | Penulis Lepas

Ikatlah Ilmu Dengan Tulisan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Keanekaragaman Daerah Indonesia (Bagian 2)

20 April 2019   06:51 Diperbarui: 13 Agustus 2020   17:59 21
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Sebetulnya tulisan ini lanjutan dari tulisan yang sebelum-nya membahas makanan, tapi yang sekarang mau saya bahas sekarang adalah tentang "kebudayaan adat daerah". Tempat yang pernah saya tinggali, inilah Indonesia kaya akan budaya, yang merasa belum NKRI harga mati dan belum Bhineka Tunggal Ika. Apalagi belum anggap Pancasila sudah final tolong membaca-nya pelan-pelan, agar kalian tidak emosi, kalau bahasan soal Islam dan kebudayaan lokal --nanti keluar fatwa bid'ah.

 Yang pertama adalah penulis mau bahas tentang adanya SANDIWARA --semacam Ketoprak/Opera. Yang dilakukan dalam setahun sekali di tanah sawah kering setelah musim panen, tempatnya dekat dengan kuburan. Memang untuk panggungnya besar jadi tak muat kalau di tanah kuburan. Konon dulu ceritanya ada orang pesan Sandiwara ini, di daerah kuburan atas nama Haji X gitu ceritanya, padahal di situ tidak ada yang namanya haji tersebut. Ternyata sudah memberi uang muka pula, group sandiwara menagih janji sisa pembayaran, sekalian datang dengan perlengkapan pentas.

Akhirnya ditengah masyarakat ada timbul opini multi tafsir, ada yang bilang mungkin yang pesan orang yang masa hidup-nya nadzar menyewa sandiwara. Seseorang tersebut sudah meninggal dan di kubur disini kali. Dengan diadakan diskusi tingkat tinggi, antara tokoh masyarakat maka di putuskan untuk diambil pentas sandiwara tersebut --banyak warga pro,sudah di ambil saja. Anggap saja kita yang pesan sudah ada yang bayar uang muka ini, kita tinggal bayar sisanya saja. Akhirnya sampai sekarang berjalan tiap tahun di lakukan sesuai bulan pemesanan awal --entah siapa yang pertama pesan.

Yang kedua adalah adanya kolam ikan, tempat wudhu, dan tempat bersih-bersih di kuburan --semacam kamar mandi gitu. Belum lama ini juga di bangun mushola di tanah samping kuburan, agar masyarakat pulang dari sawah bisa sholat di mushola di samping kuburan. Ini adalah sebuah dakwah secara ramah, dulu walisongo dengan dakwah ramah sesuai adat dapat mengislamkan nusantara. Malah zaman sekarang banyak yang mengkafirkan orang islam kan.

Yang ketiga, ada banyaknya Ustadz, kebanyakan warganya adalah santri. Penulis pernah ikut tahlil-lan di setiap tuan rumah beda-beda ustadz yang memandu tahlilan. Peradaban Islam begitu kuat disini, melimpahnya para santri dan ustadz, bahkan penulis sampai tidak melihat bagunan tempat ibadah agama lain, selain muslim.

Yang ke empat sopan satun --kode etik. Di samping rumah saya ada sekolahan, banyak pedagang mainan atau jajanan, ketika anak penulis ingin beli ternyata mereka pada pegertian anak penulis di gratiskan karena lapak mereka merasa masuk ke halaman rumah penulis. Penulis jadi tak enak beberapa kali di gratiskan buat anak.

Yang Kelima adanya hajatan seperti pawai karnaval. Disini hajatan itu ada yang pakai "SINGA DEPOK" semacam mainan seperti di pasar malam tetapi di sewa oleh yang punya hajatan untuk keliling. Jadi, anak-anak dari keluarga yang punya hajatan di naikan di atas singa depok tersebut terus di arak keliling desa, ada juga yang sewa sandiwara.

Yang keenam adanya tata cara ulem-ulem atau pemberitauhan, adanya hajatan atau acara apalah memakai sepeda motor di kasih Toa Speaker, terus keliling desa sambil di siarkan. Keren cara-cara tradisional. Sepertinya masih banyak yang lain lagi, tetapi jari sudah capek mengetik, takut kalau kecapek-an jari penulis gerak-gerak sendiri, malah salah posisi menandakan kode kampanye salah satu Paslon. Sekarang bahaya mainan jari sudah di awasi, sudah ada lembaga guyonan namanya BAWASRI (Badan Pengawas Jari)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun