Ada hipotesa tentang "Jakarta lautan api" dan "bumi hangus", ketika penguasa lama tidak yakin akan kembali berkuasa, ketika kita mencoba mempertahankan kekuasaan, atau ketika akan pergi dari tempat jajahan karena hampir pasti kalah dalam perang.
Beberapa teori dan pengalaman pejuang kita ketika mempertahankan kemerdekaan dapat menjadi pendukung hipotesa yang nyaris jadi fakta itu.
Benarkah kebakaran di Jakarta yang sangat intens akhir-akhir ini ada hubungannya dengan ketidak-relaan penguasa atau kelompok petahana yang tidak rela bahwa mereka "segera berakhir" atau mencoba memanfaatkannya sebagai ajang kampanye untuk menarik simpati publik??
Artinya sekali dayung dua tiga pulau terlewati...
Dibakar, dapat "iklan dan publisitas gratis" untuk menang dan "dapat membuat pekerjaan berat bagi pengganti (jika kalah)"
Kondisi Jakarta saat ini sepertinya mirip dengan peristiwa pengusiran Belanda dari setiap jengkal tanah pasca Proklamasi yang mengguncang dunia itu.
Benar, menurut dokumentasi Belanda, Bandung dan Jakarta adalah sasaran pembakaran gudang-gudang dan pabrik milik penjajah. Tidak ketinggalan juga, rumah besar milik para juragan dan tuan besar di berbagai kota yang sisa-sisanya sekarang kita tempati atau gunakan sebagai museum atau kantor pemerintahan lokal.
Herannya, kita menurut saja dengan kesaksian dokumentasi Belanda yang pastinya sangat subjektif dan cenderung menyesatkan.
Kita lupa bahwa kita juga punya kepentingan saat itu, sekarang dan kedepannya...
Belanda yang kehabisan akal dan frustasi mempertahankan kedudukannya di Hindia Timur pasti tidak rela semua yang pernah miliki jatuh ke tangan Pribumi. Mereka pasti tidak iklhas kalau harta benda dan berbagai industri yang mereka bangun menjadi kekuatan Indonesia dimasa depan. Dan tidak ada jaminan mereka mampu bertahan di negeri yang sudah di proklamirkan, sekalipun Belanda tetap berusaha dengan atau tanpa senjata.
Intinya, Pembakaran dengan jargon Bandung Lautan Api atau Bumi Hangus (untuk Medan Area, Jakarta dan Surabaya) akan apa yang mereka miliki sebelum meninggalkan negeri ini pastinya bukan cuma para pejuang pribumi yang melakukannya, melainkan juga oleh orang Belanda sendiri.