Israel tetaplah Israel. Sejarah Israel telah membentuk sebuah kebijakan nasionalnya yang sangat agresif. Seperti penempatan menara komunikasi militer pada bangunan perumahan hingga mobilisasi media untuk membentuk opini yang memungkinkan negara seperti Amerika memberikan teknologi terbaiknya secara sukarela dan cuma-cuma.
Iron Dome adalah bagian paling menonjol dalam aksi militer kali ini. Mencegat hampir setiap rudal Hamas yang mengancam dan memenuhi tugasnya melindungi pemukiman dari serangan rudal, ini hanya terjadi di Israel.
Sementara suara kritis yang biasa terdengar dari dunia Barat hanya sebatas adu pendapat, dan perekonomian Israel yang kuat mengalir dari situ, ini bukan penghalang utama Israel. Perhatian utama Israel adalah melindungi wilayah mereka dari serangan militer.
Serangan yang sangat tidak bermoral dengan trik teroris atau kombatan yang sama, yang mana telah digunakan melawan Barat/Amerika termsuk Indonesia sangat berhasil (misalnya, menetapkan sasaran militer di antara atau di dalam sasaran-sasaran sipil, bersembunyi di balik perempuan tak berdosa saat mengincar sasaran, ganti pembom bunuh diri dalam wanita ber-burka, berpakaian sipil dan membawa bom dalam mobil, dan sebagainya ), tidak akan berguna melawan Israel.
Tetapi, Israel tetaplah Israel.
Mereka selalu bisa memanfaatkan tetapi mudah juga untuk dijebak. Nafsu agresif mereka telah dimanfaatkan negara yang sama yang pernah menjadi pusat penaklukan bangsa itu.
Hamas hanya pion atau bidak kecil yang bermarkas di Gaza. Penjara raksasa itu dijadikan tempat peluncuran roket Hamas yang berasal dari Iran. Gaza kemudian menjadi pusat opini publik dalam seminggu terakhir. Tujuan serangan Israel yang menghancurkan berbagai macam bentuk bangunan dan berhasil merenggut nyawa anak-anak yang tidak akan pernah merasakan "kegalauan" akil balik.
Hamas hanya lembaga penguji bagi senjata atau rudal Iran untuk mencari kelemahan "perisai rudal" buatan Amerika, Iron Dome.
Nafsu Israel, dengan rumus 1x10 atau 1x100, yang artinya, setiap kematian warga Israel harus dibalas sepuluh nyawa dari pihak lawan dan setiap serangan atau rudal yang ditembakkan ke wilayah Israel harus dibalas seratus rudal ke wilayah asal penyerang.
Itu berarti, 3 nyawa Israel yang tewas, harus berbalas 30 nyawa Hamas. 1000 rudal harus dibalas 30.000 tembakan dari Israel, dengan atau tanpa tambahan nyawa sipil tak berdosa, seperti anak-anak yang tak akan sampai merasakan "kegalauan" akil balik.
Israel tetap punya keterbatasan, dan Iran berhasil memanfaatkan nafsu Israel ini seperti tikus masuk perangkap dengan seonggok ikan dan biji-bijian.