Mohon tunggu...
Adi Bermasa
Adi Bermasa Mohon Tunggu... Jurnalis - mengamati dan mencermati

Aktif menulis, pernah menjadi Pemimpin Redaksi di Harian Umum Koran Padang, Redpel & Litbang di Harian Umum Singgalang, sekarang mengabdi di organisasi sosial kemasyarakatan LKKS Sumbar, Gerakan Bela Negara (GBN) Sumbar, dll.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mencegah Banjir di Kota Padang (Bagian 1 dari 3 Tulisan)

14 Oktober 2019   20:43 Diperbarui: 14 Oktober 2019   20:56 45
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hamparan Kota Padang dilihat dari udara. (Foto: creative commons atribusi - wikimedia.org)

Mari 'Hutankan' Padang dengan Serius

INSYAALLAH, Padang masa datang tidak banjir lagi kalau semua pihak serius mengatasinya. Caranya, hijaukan seluruh perbukitan di kota ini dengan beragam pepohonan. Akan lebih baik lagi jika ditanami buah-buahan, seperti durian, manggis, dan beragam tanaman produktif lainnya. Bisa saja suatu saat nanti Taman Hutan Raya (Tahura) Bung Hatta jadi kawasan kebun buah yang menjanjikan seperti Kebun Raya Bogor ciptaan semasa penjajahan Belanda dulunya.

Kita mungkin tak masuk warga serius memikirkan masa depan negeri ini, terutama mengatasi marabahaya. Sebutlah banjir yang jadi langganan kota ini. Kita heboh banjir menghantam Padang. Muncul sumpah-serapah. Saling salah-menyalahkan. Pemerintah pun dikambinghitamkan. Memprihatinkan memang. 

Tapi apa daya, musibah itu seakan sudah mentradisi. Padahal, sudah sangat lama kawasan perbukitan di Padang dihijaukan oleh tetua kota ini dengan beragam pepohonan. Tapi, generasi sekarang membabat hutan larangan itu. Perbukitan semakin gundul. Hujan sebentar saja menimbulkan banjir. Rumah terendam, Kota Padang jadi tak keruan ulah genangan air yang meluas. Rumah di pinggir sungai dan di tepi pantai dalam posisi bahaya. Kerugian dan derita penduduk memprihatinkan.

Memang ada yang gigih dan serius mempersoalkan malapetaka banjir di kota tercinta ini. Tidak tanggung-tanggung. Mereka doktor dan profesor dari perguruan tinggi ternama di negeri ini. Ada Isril Berd, Raichul Amar, dan lain-lainnya. Dengan sukarela tanpa dibayar, mereka bergerak mengunjungi beragam komunitas. 

Mulai dari aparat pemerintahan terendah sampai tertinggi. Disosialisasikan perlunya ancaman banjir dihadapi dengan serius. Cintailah sungai dan selokan. Jangan dibuang juga sampah ke dalamnya. Jangan dibabat juga hutan. Rimbakanlah kembali tanah yang gundul. Jangan digundulkan juga bukit dengan beragam pembangunan. Programkanlah dengan serius membangun embung di berbagai kawasan yang mungkin di kota tercinta ini.

Jangankan memunculkan beragam inovasi mengatasi banjir di Padang, nyatanya selokan yang banyak terdapat di Padang dipenuhi sampah. Jalan memang sudah bagus, sayang selokannya 'bacilapuik' dengan beragam kotoran. Kesadaran hidup bersih itu yang masih tipis dimiliki kita-kita ini.

Kita kesal dengan lingkungan tidak tenteram. Tapi partisipasi terbilang lemah. Untung ada Forum Daerah Aliran Sungai (DAS) Kota Padang. Kaya aktifitas meski miskin pitih. Termasuk sosialisasi yang diadakan di Kecamatan Padang Barat, Selasa (8/10). Tak disesalkan kenapa bencana sering melanda negeri ini, mungkin saja kita belum menghargai pahlawan lingkungan yang berjibaku menyelamatkan masa depan negeri dan kota tercinta ini.

Marilah kita dengar apa yang disampaikan pahlawan lingkungan ini. Pemerintah pantas mensupport maksimal. Mereka adalah relawan tangguh. Mereka jangan sampai menderita kurang gizi. Bravo untuk Prof. DR. Isril Berd dan kawan-kawan. *

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun