Mohon tunggu...
Adi Bermasa
Adi Bermasa Mohon Tunggu... Jurnalis - mengamati dan mencermati

Aktif menulis, pernah menjadi Pemimpin Redaksi di Harian Umum Koran Padang, Redpel & Litbang di Harian Umum Singgalang, sekarang mengabdi di organisasi sosial kemasyarakatan LKKS Sumbar, Gerakan Bela Negara (GBN) Sumbar, dll.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

FKUB Melawai Kunjungi Sumbar, Usahakan Tuan Rumah Berjaya di Ranahnya

11 Januari 2019   17:07 Diperbarui: 11 Januari 2019   17:33 151
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
KETUA FKUB Sumbar, H. Yulius Said, bertukar cenderamata dengan Ketua FKUB Kalbar Ismail Ruslan. (DOK. PRIBADI)

HEBAT juga Kabupaten Melawi, Provinsi Kalimantan Barat. Meski usia kabupaten itu belum mencapai 20 tahun dengan jumlah penduduk sekitar 200 ribu jiwa, namun dukungan pemerintahannya pada organisasi kemasyarakatan terbilang hebat dan mencengangkan. Terbukti, Forum Koordinasi Umat Beragama (FKUB) yang melakukan studi banding ke ke Sumbar sepertinya dibekali dengan dana cukup besar.

Dalam acara penyambutan rombongan FKUB Melawi, di Kantor FKUB Sumbar, Komplek Kanwil Kemenag Sumbar, Kamis (10/1/2018) terlihat semua rombongan tampil berpakaian seragam lengkap dengan asesorisnya. Ada juga yang membawa istri dan tempat menginapnya di hotel bintang empat, Hotel Kryad Hotel, Jalan Bundo Kandung, Padang.

Rombongan yang berjumlah sekitar 30 orang itu dipimpin langsung Ketua FKUB Melawi, Midi Amin, yang juga Kabag Kesra pemkab setempat. Juga ikut medampingi Ketua FKUB Kalimantan Barat, Ismail Ruslan.  Dalam pertemuan itu, hadir pengurus FKUB Sumbar yang dipimpin langung Ketua H. Yulius Said, bersama jajaran.

Ketua FKUB Melawi, Midi Amin, mengatakan sokongan bupati pada seluruh organisasi kemasyarakatan resmi di daerahnya terbilang baik. Termasuk dukungan pada FKUB.

"Buktinya, sekarang kami berada di Sumbar dengan biaya terbilang besar. Dari Pontianak kami berpesawat ke Batam, terus ke Padang," ujarnya.

Dia menjelaskan, umat beragama di Melawi rukun-rukun saja. Maklum, FKUB di sana sama fungsinya dengan petugas 'pemadam kebakaran'. "Kami atasi sebelum problema itu membesar," ulasnya sembari menyebut pengurus FKUB Melawi lengkap unsur-unsur tokoh semua umat beragama yang ada.

SEBAGIAN rombongan FKUB Melawi diabadikan dalam acara temu ramah di Kantor FKUB Sumbar. (DOK PRIBADI)
SEBAGIAN rombongan FKUB Melawi diabadikan dalam acara temu ramah di Kantor FKUB Sumbar. (DOK PRIBADI)
WAKIL Ketua FKUB Sumbar, Prof. DR. Duski Samad, memberikan masukan pemikiran kerukunan agar umat Islam tetap bersama dengan umat lainnya menjaga kekompakan secara utuh. (DOK PRIBADI)
WAKIL Ketua FKUB Sumbar, Prof. DR. Duski Samad, memberikan masukan pemikiran kerukunan agar umat Islam tetap bersama dengan umat lainnya menjaga kekompakan secara utuh. (DOK PRIBADI)
Sementara, Ketua FKUB Kalbar, Ismail Ruslan, yang juga dosen IAIN Pontianak begitu menguasai kedaerahannya, terutama tentang kerukunan umat beragamanya. Dalam dialog itu juga digambarkan kemajuan Kalimantan Barat dalam berbagai program pembangunan serta perlunya rakyat pribumi Kalbar jadi tuan rumah di negeri sendiri.

Dikemukakan Ketua Bidang Penyuluhan FKUB Sumbar, H. Adi Bermasa, dalam pertemuan itu bahwa yang dia bersama puluhan wartawan dari berbagai daerah di Indonesia yang dikoordinir PWI Pusat pernah berkunjung ke Kalbar di era kepemimpinan Gubernur Sudjiman pada tahun 1980-an seraya mewajibkan membuat tulisan 'menjual Kalbar'. Beragam tulisan muncul tentang perlunya investasi besar- besaran dalam bidang perkebunan, pertanian, perikanan, pertambangan, dan lainnya.

|Kini, semuanya sudah jadi kenyataan. Namun apakah pribumi sudah sejahtera? Inilah yang perlu jadi renungan bersama. Yang jelas, kalau rakyat sejahtera dan semua kebutuhannya aman didapat, tentu rukunlah hidupnya. Tak terbantahkan, kepemilikan bisnis besar di Kalbar terutama perkebunan bukan lagi mayoritas milik pribumi setempat. Apakah ini tak mengganggu kerukunan di masa datang?" tanya Adi Bermasa.

Khusus masjid Komplek Keraton yang berlokasi di pinggiran Sungai Kapuas dan telah berusia ratusan tahun sebaiknya jadi cagar budaya yang memperindah Kota Pontianak. Keadaannya kini sangat memprihatinkan. Lingkungannya tidak mendukung. Sangat pantas rasanya masjid tua bersejarah itu jadi perhatian banyak kalangan di Kalimantan Barat.

Ketua FKUB Kalbar, Ismail Ruslan, mengatakan kondisi masjid tua bersejarah itu memang begitulah adanya. Bahkan, tanahnya sama sekali tak ada sertifikatnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun