Mohon tunggu...
Adi Bermasa
Adi Bermasa Mohon Tunggu... Jurnalis - mengamati dan mencermati

Aktif menulis, pernah menjadi Pemimpin Redaksi di Harian Umum Koran Padang, Redpel & Litbang di Harian Umum Singgalang, sekarang mengabdi di organisasi sosial kemasyarakatan LKKS Sumbar, Gerakan Bela Negara (GBN) Sumbar, dll.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kerukunan di Kawasan 'Petro Dollar' Dharmasraya Perlu Dimaksimalkan

24 September 2018   21:33 Diperbarui: 24 September 2018   22:06 845
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
PESERTA 'temu kerukunan' yang berlangsung di Dharmasraya baru-baru ini. Mereka adalah utusan FKUB Sumbar, Pemkab Dhasmasraya, pemuka masyarakat Islam dan Kristen setempat. (DOK PRIBADI).

KABUPATEN Dharmasraya, Sumatera Barat, boleh bangga dengan kesejahteraan warganya. Daerah itu tidak lagi masuk kabupaten tertinggal, seperti Mentawai, Solok Selatan, dan Pasaman Barat .

Pesatnya peningkatan kesejahteraan warga Dharmasraya bisa jadi lantaran warganya termasuk pekerja keras yang dimotori ribuan warga trans dari Wonogiri di era Pak Harto semasa Gubernur Sumbar Harun Zain pada periode 1970-an.

Penopang lain cepatnya program kesejahteraan warga Dharmasraya juga tak terlepas dari membelintangnya jalan Trans Sumatra yang membelah kabupaten itu. Gerak perekonomian warganya yang bermukim di kiri -kanan jalan lintas itu berlangsung 24 jam. Luar biasa.

Ada lagi irigasi Batanghari yang menjadi sumber pengairan ribuan hektar sawah penduduk. Bahkan, nikmat air yang terus menerus itu juga dirasakan sebagian warga Provinsi Jambi.

Dharmasraya memang luar biasa. Ibarat gula terserak, sangat banyak semut menikmatinya. Rezeki Dharmasraya boleh dikatakan berlimpah. Ada ribuan hektare sawit, karet, batubara, hingga emas berlian yang belum dimaksimalkan pengolahannya.

Kalau diteliti dengan cermat, setiap hari penduduk kabupaten itu terus bertambah. Sebab, sebagai 'daerah gula terserak', otomatis semut terus berdatangan. Beragam suku di negeri ini yang juga berbeda agamanya terus berhijrah ke daerah sejahtera ini. Beragam bisnis mereka lakukan.

Di samping gerak dinamis warga Dharmasraya dalam memenuhi kehidupannya, sebagai daerah majemuk sewaktu-waktu bukan tidak ada gesekan yang sangat diharapkan aparat keamanan jangan sampai kecolongan.

Berbicara tentang kerukunan, sepintas memang tak ada apa-apanya. Namun setelah didalami, ternyata mulai muncul beda pendapat berkaitan dengan soal peribadatan khusus bagi 'dunsanak' yang tidak seagama dengan mayoritas warga Dharmasraya.

Dalam kegiatan Temu Kerukunan Forum Umat Beragama, Kamis (20/9/2018), sejumlah warga yang bermukim di Nagari Sikabau mengungkapkan unek-uneknya berkaitan dengan ibadah mingguannya. Begitu juga dari kalangan ninik mamak, di antaranya Harmaini Dt. Rajo Penghulu dengan kalimat yang arif dan bijaksana menyampaikan pemikirannya panjang lebar bahwa sangat diharapkan pendatang memaknai peribahasa 'di mana bumi dipijak di situ langit dijunjung'.

NINIK mamak Sikabau, Harmaini Dt. Rajo Penghulu menyampaikan pemikirannya dalam 'temu kerukunan'. (DOK PRIBADI).
NINIK mamak Sikabau, Harmaini Dt. Rajo Penghulu menyampaikan pemikirannya dalam 'temu kerukunan'. (DOK PRIBADI).
WALINAGARI Sikabau, Abdul Razak, bicara tentang beragam agama yang dianut warganya. (DOK PRIBADI).
WALINAGARI Sikabau, Abdul Razak, bicara tentang beragam agama yang dianut warganya. (DOK PRIBADI).
Bagaimanapun, keseharian penduduk Dharmasraya rukun-rukun saja dan memang demikianlah fakta umumnya. Namun, tampaknya pemerintah setempat sebenarnya sudah turun tangan mengatasi persoalan ibadah mingguan sebagian warga Sikabau itu. Pihak Polres bahkan sudah turun tangan mensupportnya. Namun, keseriusan banyak pihak sangat diperlukan untuk menopangnya.

Romo Sudarma dari FKUB Sumbar dalam pertemuan itu menyebutkan bahwa semua pemeluk agama butuh beribadah secara berjemaah. Tentu juga demikian halnya di Sikabau.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun