Mohon tunggu...
Adi Bermasa
Adi Bermasa Mohon Tunggu... Jurnalis - mengamati dan mencermati

Aktif menulis, pernah menjadi Pemimpin Redaksi di Harian Umum Koran Padang, Redpel & Litbang di Harian Umum Singgalang, sekarang mengabdi di organisasi sosial kemasyarakatan LKKS Sumbar, Gerakan Bela Negara (GBN) Sumbar, dll.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Memprihatinkan, Kasus HIV/AIDS di Sumbar Ibarat Fenomena "Gunung Es"

16 Februari 2018   20:50 Diperbarui: 16 Februari 2018   21:03 2209
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Penulis (tengah) bersama wartawan JPNN (Jawa Pos Group) dan dr. H. Armen Ahmad.

MEMPRIHATINKAN. Para penderita HIV/AIDS di Sumbar masih banyak yang enggan melapor ke petugas kesehatan. Hal itu diungkapkan Spesialis Penyakit Dalam, Konsultan Penyakit Tropik RSUP M. Djamil dan Fakultas Kedokteran Universitas Andalas, dr. H. Armen Ahmad, SpPD-KPTI, FINASIM.

"Ini merupakan problema yang menakutkan," ucapnya.

Dokter Armen Ahmad setiap hari berhadapan dengan pasiennya yang merupakan penderita AIDS dan 'penganut' LGBT di tempat tugasnya, baik di berbagai rumah sakit di Kota Padang maupun di tempat praktiknya. Menurutnya, jumlah korban penyakit yang mematikan secara perlahan-lahan tersebut sebenarnya terus meningkat, baik di Sumatra Barat maupun di daerah lain. Menurut estimasi, jumlah korban penyakit berbahaya itu sekitar 100 kali lipat dari jumlah data resmi yang dimiliki lembaga kesehatan saat ini.

Di Sumbar, tahun 2017 tercatat penderita HIV/AIDS yang sudah terdaftar karena sudah sadar dan berobat sebanyak 1.935 orang. Mayoritas mereka anak muda, mahasiswa, pegawai, karyawan perusahaan, bahkan dosen.

"Nama mereka ada pada petugas kesehatan yang merawatnya, termasuk tempat tinggal, ayah, dan ibunya. Namun tidak diboleh dipublikasikan, begitu kode etik petugas kesehatan," kata dokter Harmen.

Dokter Harmen bersedia mempertemukan penulis dengan salah seorang pasiennya di tempat praktiknya, di depan RSUP M. Djamil, persisnya di Jalan DR. H. Abdullah Ahmad, Nomor 23 A, Kamis sore (15/2/2018). Korban AIDS tersebut berasal dari perkampungan pinggir laut, sekitar empat jam perjalanan dari Padang.

Dari fisiknya, terlihat biasa-biasa saja. Usianya sudah lebih 30 tahun. Dia alumni salah satu PTN di Padang. Yang bersangkutan sudah sangat lama jadi pasien dokter Harmen. Berobat dan konsultasi rutin sekali sebulan.

Kisahnya berawal dari dari ketidaktahuannya dengan Kota Padang. Melalui Facebook, dia menulis status ingin kuliah di Padang. Postingannya itu dapat sambutan dari seseorang yang berbisnis di Pasar Raya Padang.

"Akhirnya saya datang ke Padang. Diterimanya dengan baik. Kami pun akrab. Namun, suatu malam, tibalah petaka itu. Terjadilah perbuatan terkutuk tersebut. Namun kami tetap akrab dan bersahabat. Kuliah saya terus berjalan. Keakraban saya nyatanya terus berbuah 'permainan terkutuk itu'. Kami pun saling 'memberi dan menerima' dengan kode 'top' menyerang dan 'bot' menerima," bebernya.

Menurutnya, teman sepermainannya ada tiga orang. Di samping pedagang, ada dua lagi yang juga mahasiswa.

"Sangat lama kami akrab dan melakukan dengan perbuatan terkutuk itu namun sebelumnya tidak pernah memeriksakan kesehatan," ujarnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun