Mohon tunggu...
Adian Saputra
Adian Saputra Mohon Tunggu... Jurnalis - Jurnalis

Menyukai tema jurnalisme, bahasa, sosial-budaya, sepak bola, dan lainnya. Saban hari mengurus wartalampung.id. Pembicara dan dosen jurnalisme di Prodi Pendidikan Bahasa Prancis FKIP Unila. Menulis enggak mesti jadi jurnalis. Itu keunggulan komparatif di bidang kerja yang kamu tekuni sekarang."

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Tak Ada Malam Takbiran Buat Para Wartawan

17 Juli 2015   00:21 Diperbarui: 17 Juli 2015   00:21 86
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Media. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

Malam ini semarak malam takbiran menyemburat seantero negeri. Semua warga muslim senang bukan kepalang. Sejak berbuka tadi, anggota keluarga berkumpul, menikmati sajian yang sudah dipersiapkan. Ada ketupat, ada rendang, ada opor ayam. Tak lupa kerupuk sebagai katalisator kudapan. Intinya, semua merayakan malam takbiran dengan girang.

Namun, buat segelintir orang, malam takbiran justru menjadi momentum kedinasan yang sarat dengan tugas. Mungkin sama dengan para aparatur negara yang bertugas melayani warga, semisal petugas keamanan, para polisi, penjaga rel, petugas di terminal, pelabuhan, bandara, dan sebagainya. Juga sebagian dokter dan paramedis di rumah sakit. Buat mereka, malam takbiran, bukan saatnya untuk berkumpul bersama keluarga dan handai tolan. Mereka bekerja dengan totalitas.

Nah, di antara yang  segelintir itu, para wartawan atau jurnalis, wabilkhusus media online, juga tak bisa merayakan malam takbiran lazimnya orang-orang. Penulis yang kebetulan tahun ini bekerja pada sebuah media online, duajurai.com, merasakan benar betapa pekerjaan yang mengasyikkan ini memang tak kenal waktu. Momen yang semestinya bisa dilakoni di rumah, bersenda gurau dengan keluarga, direduksi dengan menghabiskan waktu di kantor, menyunting berita kiriman reporter, menulis berita sendiri yang diambil dari beragam sumber, dan mengoordinasikan reporter di lapangan untuk meliput sisio menarik malam takbiran.

Para jurnalis bekerja dengan passion yang unik karena dunia itu begitu asyik meski tak semua orang mau memandangnya secara tak sempit. Justru ketika besok media cetak tak terbit, masyarakat yang membutuhkan bacaan dan informasi, mengambilnya dari media online.

Satu yang pokok saja, saat sore tadi semua warga menunggu pengumuman pemerintah soal 1 Syawal, nyaris semua memelototi gadget-nya untuk mendapat informasi paling mutakhir soal penetapan Lebaran. Layar kaca televisi pun tak luput ditonton untuk mendapatkan informasi soal itu. Ini menunjukkan, meskipun dalam kondisi santai, warga Indonesia tetap butuh pasokan informasi.

Banyak yang menanggap sepele pekerjaan jurnalis ini. Padahal sejatinya, dari merekalah kita mendapat pasokan informasi. Kadang, edukasi anak bangsa juga banyak dipasok dari sini. Dan saat momentum malam takbiran atau bahkan besok Lebaran, para jurnalis pun tak bisa leha-leha.

Saat orang melaksanakan salat id, para fotografer sibuk mengambil sudut terbaik untuk dijadikan objek foto dan ditawarkan kepada pembaca. Mereka yang bertugas di pusat-pusat mudik seperti terminal dan pelabuhan, juga tak bisa santai lantaran ada saja kejadian menarik di sana.

Begitu pun dengan rumah sakit yang selalu punya cerita di malam takbiran. Fenomena kecelakaan saat malam takbiran, suasana syahdu mereka yang berlebaran di selasar rumah sakit dan sebagainya, adalah cerita menarik untuk dibaca meski dalam kondisi hari raya.

Pun demikian dengan para petugas di jalan raya yang memang tak sekejap pun lengah dalam bertugas. Semua fragmen menarik tadi bisa kita nikmati, kita baca, kita tonton, kita dengar, karena jasa para jurnalis di lapangan.

Memang, bekerja di sektor ini butuh passion yang luar biasa. Bekerja di ranah ini membutuhkan kesadaran dan keyakinan yang tinggi. Bahwa apa yang disajikan untuk khalayak pembaca adalah sebuah pekerjaan yang mulia. Inilah barangkali sisi ibadah dari mereka yang bekerja sebagai wartawan.

Kadang ada saja lucunya. Ketika seorang reporter meliput kehidupan petugas di terminal yang selama dua puluh  tahun tak pernah bermalam takbiran di rumah, dalam hati si reporter juga berkata: saya juga demikian. Hahahaha.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun