Mohon tunggu...
Adian Saputra
Adian Saputra Mohon Tunggu... Jurnalis - Jurnalis

Menyukai tema jurnalisme, bahasa, sosial-budaya, sepak bola, dan lainnya. Saban hari mengurus wartalampung.id. Pembicara dan dosen jurnalisme di Prodi Pendidikan Bahasa Prancis FKIP Unila. Menulis enggak mesti jadi jurnalis. Itu keunggulan komparatif di bidang kerja yang kamu tekuni sekarang."

Selanjutnya

Tutup

Olahraga Pilihan

Gelar Terpental demi Sahabat Kental

25 Oktober 2014   05:16 Diperbarui: 17 Juni 2015   19:48 56
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Olahraga. Sumber ilustrasi: FREEPIK


Cerita ini tentang masa kelas III saya di SMPN 2 Tanjungkarang pada 1994. Sudah lama sekali memang. Tapi ingatan soal itu lekat sekali.

Pada akhir tahun pelajaran, ada satu prosesi di bidang olahraga yang wajib diikuti semua siswa. Hampir 400 orang siswa kelas III mesti mengambil nilai lari untuk nilai dalam Surat Tanda Tamat Belajar alias STTB.

Stadion Pahoman menjadi medium buat semua siswa kelas III untuk unjuk kebolehan. Nilai olahraga memang tidak semata diambil dari ujian akhir praktek ini. Selain tes tertulis, hasil tes lainnya, renang misalnya, juga menjadi penilaian. Permasalahannya ialah tidak semua siswa mampu memperoleh nilai bagus di ujian tertulis. Demikian pun renang.

Buat kami yang tergolong anak dari keluarga biasa-biasa saja, ikut renang adalah hal yang berat. Saban masuk kolam renang Pahoman atau di Hotel Marcopolo, setidaknya duit lima ribu perak mesti disiapkan. Itu belum termasuk ongkos pulang pergi. Usai berenang, tak mungkin langsung pulang. Melihat teman mengudap dan minum soft drink, tenggorokan serasa kering. Maka, duit yang mesti dibawa saban renang juga mesti ditambah.

Uang sepuluh ribu adalah angka minimal untuk sekali berenang. Wajar kalau saya dan beberapa teman kurang aktif datang. Alhasil, itu berpengaruh pada nilai. Momentum untuk menutupi nilai olahraga ialah dengan menjadi yang terbaik di lomba lari.

Guru olahraga sudah menjanjikan, sepuluh orang pertama yang masuk finis usai berlari 10 putaran, akan mendapatkan angka sembilan di STTB dan rapor. Istilah kata, santai saja setahun olahraga, bisa dibalas di akhir tahun, hehehe.

Hari yang ditunggu-tunggu tiba. Saya yang memang tergolong mendapat nilai biasa-biasa saja, bersemangat untuk menjadi satu di antara sepuluh pelari yang bisa tiba paling awal di garis finis. Namun, pesaing saya cukup banyak juga. Apalagi beberapa di antaranya sudah berlatih dengan giat.

Pagi hari, Stadion Pahoman sudah penuh oleh siswa kelas III. Seragam olahraga abu-abu-biru dipakai oleh semua siswa. Tepat jam tujuh pagi, penanggung jawab olahraga sudah melepas kami.

Saya mengatur napas. Tidak terburu-buru di bagian awal. Oh iya, tak semua siswa berlari. Rata-rata siswa perempuan malah berjalan saja. Nilai tertulis dan renang mereka rata-rata bagus. Hitung-hitungannya, nilai delapan sudah pasti mengisi rapor dan STTB.

Sambil jalan, mereka ngobrol soal penyanyi yang sedang menjadi trending topic waktu itu. Misalnya, ketampanan Tommy Page, grup New Kid On The Block. Siswa laki kebanyakan ngobrol grup musik Nirvana dengan kaset yang sedang in: Nevermind, dengan best cut Smell Like Ten Spirit.

Memasuki putaran ketiga, saya sudah berada di jajaran sepuluh besar pelari di depan. Jika menjaga napas dan kekuatan, saya yakin minimal masuk sepuluh besar. Namun, saat memasuki putaran keempat, seseorang memanggil saya. "Yan, Yan, kawanin gue sih. Enggak usah ngebut larinya. Jalan sama gue aja. Ntar gue pingsan, siapa yang nolong."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun