Mohon tunggu...
Adian Saputra
Adian Saputra Mohon Tunggu... Jurnalis - Jurnalis

Menyukai tema jurnalisme, bahasa, sosial-budaya, sepak bola, dan lainnya. Saban hari mengurus wartalampung.id. Pembicara dan dosen jurnalisme di Prodi Pendidikan Bahasa Prancis FKIP Unila. Menulis enggak mesti jadi jurnalis. Itu keunggulan komparatif di bidang kerja yang kamu tekuni sekarang."

Selanjutnya

Tutup

Bahasa Pilihan

Menempatkan Diksi-diksi Agama dalam Kamus Besar Bahasa Kita

28 Januari 2023   20:48 Diperbarui: 28 Januari 2023   21:00 831
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kamus Besar Bahasa Indonesia. Dokumentasi Pribadi

Sebentar lagi kita akan merayakan Isra Mikraj Nabi Muhammad saw. Ini adalah kisah perjalanan Nabi dari Masjidilharam ke Masjidilaksa di Palestina kemudian naik ke Sidratulmuntaha dan bertemu Allah swt serta menerima perintah salat lima waktu.

Alinea di atas saya gunakan dalam pakem bahasa Indonesia sesuai dengan Kamus Besar Bahasa Indonesia. Pembaca akan menemukan diksi "salat", "saw" sebagai kependekan dari shallallahualaihi wasalam. 

Juga mungkin asing dengan penyebutan "Masjidilharam" dan "Masjidilaksa" dalam penulisan itu. Alih-alih kita selama ini mungkin lebih lazim dengan Masjidil Haram, Masjidil Aqsa, dan "shalat".

Sebelum merambah lebih jauh, saya ingin menjelaskan sedikit. Perihal pilihan diksi ini memang bergantung pada pemahaman soal bahasa itu sendiri. Bagi mereka yang ranah bekerja di bidang penyuntingan, hal ini sering ditemui.

Mereka akan paham dengan beberapa diksi di dalam kamus. Sesuatu yang barangkali asing bagi awam. Namun, tidak masalah. Persoalan bahasa kadang juga soal pilihan, citarasa, dan kesenangan kita.

Saya pernah diminta mengedit satu buah buku tentang salat dan politik. Karena tahu saya lumayan pakem dalam bahasa dan kamus besar, si empunya naskah bilang supaya beberapa kata jangan diganti. 

Ia minta tetap dipertahankan "shalat" ketimbang salat, "Ramadhan" ketimbang Ramadan yang baku, "istiqomah" ketimbang isitkamah yang baku, serta beberapa diksi lain.

Jangankan si penulis tadi. Seingat saya beberapa media massa besar pun masih menggunakan shalat dan Ramadhan ketimbang salat dan Ramadan. Tentu punya alasan dan dalil masing-masing. Kembali ke perihal tadi, bahasa itu kadang soal citarasa dan pilihan diksi saja.

Alhasil, saya pun mengikuti apa kemauan pemilik naskah meskipun agak jengah juga karena nama saya kan ditulis sebagai editor tapi beberapa diksi tidak sesuai dengan kamus.

Di dalam agama Islam, memang sarat dengan bahasa Arab. Bahasa Arab itu kemudian ditransliterasikan ke dalam bahasa Indonesia. 

Ini persoalannya. Memang ada tata cara untuk menyerap bahasa Arab ke dalam bahasa Indonesia. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun