Mohon tunggu...
Adi Alson
Adi Alson Mohon Tunggu... Mahasiswa - Penulis

"You are the hero of your own story".

Selanjutnya

Tutup

Money

Tantangan PLTS dan Proyek Ambisius Indonesia

16 Desember 2021   23:20 Diperbarui: 22 Desember 2021   17:21 264
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pembangkit Listrik Tenaga Surya (Sumber Gambar : Adi Alson)

Kesepakatan Paris Agreement memberikan dampak yang baik dalam perkembangan energi baru dan terbarukan di seluruh dunia. Energi baru dan terbarukan dapat memberikan kontribusi yang besar dalam penurunan emisi gas rumah kaca yang disebabkan oleh penggunaan energi fosil secara terus menerus.

Beberapa tahun belakangan dunia berlomba-lomba dalam upaya menurunkan emisi gas karbon. Banyak negara yang telah beralih dan menggunakan energi yang lebih ramah lingungan. Jerman, Inggris dan swedia merupakan beberapa negara yang paling banyak menggunakan energi baru dan terbarukan dari total pengunaan energinya.

Dari berbagai jenis energi baru dan terbarukan yang ada, salah satu yang berkembang sangat pesat adalah energi surya. Energi surya merupakan jenis energi yang digunakan dalam pembangkit listrik tenaga surya (PLTS). Energi surya menjadi energi yang sangat mudah didapatkan terutama untuk negara-negara tropis. Selain itu, harga pembangkit listrik dari energi surya sekarang sudah mulai kompetitif.

Disaat banyak negara didunia yang telah sukses mengembangkan PLTS. Indonesia masih berjuang untuk meningkatkan pemanfaatan pembangkit listrik tenaga surya ini.  Di ASEAN pun Indonesia masih tertinggal dari negara Vietnam, Malaysia dan Thailand.

Pemerintah dan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (KESDM) telah berupaya keras untuk meningkatkan bauran EBT ini. Dalam Kebijakan Energi Nasional dijelaskan bahwa proyek ambisius Indonesia adalah menuju 23% bauran EBT di tahun 2025. Dengan persentase per tahun 2021 yang masih berkisar 11,2%, cukup sulit untuk mengejar target tersebut.

Potensi surya di negara ini sangatlah melimpah yaitu sebesar 207 GW. Nyatanya baru dimanfaatkan sebesar 153,5 MW. Angka ini hanya sebesar 0,07% dari total kapasitas pembangkit listrik EBT yang terpasang.

Perkembangan PLTS di Indonesia cukup lambat dibandingkan negara ASEAN lain. Isu penggunaan energi fosil yang dinilai lebih murah menjadi hambatan perkembangan PLTS. Selain itu, PLTS masih dinilai memiliki harga yang mahal meski saat ini harga solar panel mulai turun.

Beberapa kebijakan baru telah diupayakan untuk mempercepat perkembangan PLTS di Indonesia. Bahkan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral menjadikan PLTS sebagai salah satu program  prioritas dalam mempercepat target bauran energi baru dan terbarukan di tahun 2025.

PLTS menjadi program yang bisa dikatakan cukup cepat dalam proses instalasi. Lokasi penginstalan yang sangat fleksibel dan dengan harga yang sudah mulai kompetitif saat ini. PLTS dengan kapasitas dan ukuran yang besar diprioritaskan dalam upaya percepatan bauran EBT seperti PLTS skala besar dan juga PLTS terapung. Selain itu, PLTS atap merupakan salah satu harapan. Bahkan Kementerian ESDM membentuk program untuk membangun generasi muda yang akan menjadi generasi EBT. Program Gerakan Inisiatif Listrik Tenaga Surya adalah program yang diperuntukkan untuk meningkatkan perkembangan dan percepatan bauran EBT khususnya PLTS.

Saat ini, harga PLTS sudah mulai kompetitif, secara kebijakan juga sudah banyak diperbaiki. Eksekusi yang baik perlu dilakukan untuk men-sinkron kan antara kebijakan dengan eksekusinya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun