Mohon tunggu...
Adi Putra
Adi Putra Mohon Tunggu... Dosen - Dosen STT Pelita Dunia

Bonum est Faciendum et Prosequendum et Malum Vitandum

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Eli-eli lama Sabakhtani

29 Mei 2020   09:54 Diperbarui: 29 Mei 2020   09:45 4376
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Memasuki tahun 2020 ini, seluruh umat manusia diperhadapkan dengan situasi yang begitu mencekam, tidak terlepas bangsa Indonesia. Bahkan sudah ribuan orang mengalami kematian akibat pandemi covid-19. Per tanggal 31 Maret 2020, orang Indonesia yang terinfeksi virus ini sudah mendekati angka 1500 orang dengan 120 orang yang akhirnya meninggal karena virus ini.

Banyak aktivitas, agenda hingga kegiatan yang ditunda, berantakan akibat virus ini. Termasuk sekolah, perkantoran, mall-mall semuanya diliburkan atau ditutup. Tidak hanya itu, beribadah pun tidak bisa dilakukan secara berjemaah, demi meminimalisir penyebaran virus ini. Termasuk gereja setidaknya sudah tiga minggu meliburkan atau mengalihkan ibadah di gereja ke ibadah di rumah-rumah jemaat dengan konsep ibadah online.

Pandemi kovid-19 telah menimbulkan kecemasan, kekuatiran, hingga merenggut damai sejahtera setiap orang, tidak terkecuali orang-orang Kristen. Di tengah-tengah situasi ini, kita diajak untuk merenungkan ungkapan Yesus di atas salib, yaitu ungkapan eli-eli lama sabakhtani seperti yang tercatat dalam Matius 27:45-56.

Pada waktu Yesus disalibkan, ada tujuh ucapan yang Dia kemukakan dari atas salib. Masing-masing perkataan memiliki makna dan semuanya berkaitan dengan karya keselamatan yang sedang dikerjakan oleh-Nya. Salah satu ucapan Yesus di atas kayu salib adalah Eli-eli lama sabakhtani.

Sepintas ungkapan Yesus ini memiliki kesan yang begitu mencekam dan penuh dengan tendensi penderitaan. Akan tetapi apabila ditelisik lebih dalam, maka sebenarnya ungkapan ini dapat disebut sebuah ungkapan pengharapan. Mengapa bisa? Apakah makna ungkapan ini? Berikut ini akan diuraikan maknanya!

Pertama, ini adalah seruan keselamatan umat manusia. Mengapa dikatakan demikian? Coba perhatikan, ungkapan ini diserukan oleh Yesus saat Dia disalibkan dan tidak lama sebelum Dia mati. Perlu untuk diingat bahwa semua itu dialami oleh Yesus bukan karena Dia berdosa, dan Dia adalah seorang penjahat. Melainkan itu dialami dan harus ditanggung oleh-Nya untuk menggantikan kita, untuk menyelamatkan kita dan untuk membenarkan kita. Yesus disalibkan, Yesus mati adalah supaya kita diselamatkan dan memperoleh hidup yang kekal.

Kedua, seruan ini hendak memperbaiki relasi antara manusia dengan Allah yang telah rusak karena dosa. Ada banyak ahli mengatakan, Yesus berseru eli-eli lama sabakhtani karena Dia sedang berada dalam kondisi di mana Allah Bapa memalingkan muka dari pada-Nya. Karena semua dosa manusia telah ditanggungkan kepada-Nya, sehingga Bapa memalingkan muka dan meninggalkan Dia.

Semua ini harus ditanggung Yesus supaya semua murka Allah terhadap manusia berdosa diberikan kepada-Nya. Dan relasi antara Bapa dan manusia yang telah rusak karena dosa sekarang telah diperbaiki. Sehingga melalui Yesus, kita bisa berdoa dan datang kepada Bapa. Konsep ini didukung dengan peristiwa terbelahnya tabir Bait Allah seperti yang dicatat dalam Matius 27:51.

Ketiga, ungkapan ini menjadi tanda akan adanya kehidupan yang baru dalam Yesus Kristus. Seperti yang telah dikemukakan dalam dua poin sebelumnya, bahwa seruan ini diserukan oleh Yessus berkaitan dengan penebusan kita, maka klimaks dari semuanya itu adalah kehidupan yang baru dalam Kristus. Sehingga melaluinya kita tidak perlu takut kepada setiap apa yang dapat mencelakakan kita di dalam dunia ini.

Kiranya ini dapat menguatkan kita dalam menghadapi pandemi covid-19, yang bisa saja merenggut dan mencelakakan kita. Namun satu hal yang perlu dicatat, Yesus telah menggantikan kita mengalami penderitaan, ditinggalkan Allah Bapa supaya kehidupan kita mengalami sukacita, damai sejahtera dalam persekutuan yang kekal dengan Allah Bapa. Sehingga seharusnya, covid-19 tidak merenggut sukacita dan damai sejahtera kita di dalam Tuhan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun