Mohon tunggu...
Adi Ankafia
Adi Ankafia Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Freelancer

Euphemia Puspa Tanaya Jasmine

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Hobi Membaca

6 Desember 2018   08:24 Diperbarui: 6 Desember 2018   09:12 239
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hobi saya yang masih terpelihara sejak kecil hingga sekarang adalah membaca buku. Hobi ini diturunkan oleh Eyang Kakung saya dari pihak Ibu di Madiun. Eyang Kakung saya meski tidak beruntung mengenyam pendidikan tinggi, namun memiliki minat baca yang sangat luar biasa. Semasa saya masih usia Taman Kanak-Kanak hingga beliau meninggal di saat saya kelas 1 SMA, beliau konsisten berlangganan Harian Jawa Pos. Beliau juga mengoleksi serial Api Di Bukit Menoreh karya S.H. Mintardja. 

Dua bacaan tersebut menemani tumbuh kembang saya. Ketika saya beranjak di usia SMP, beliau mulai mencekoki saya dengan buku-buku Soekarno. Tidak heran, di lingkungan tempat tinggal saya, beliau adalah sosok yang sangat cerdas dengan pengetahuan-pengetahuan yang up to date.

Saya ingat ketika masih berusia Sekolah Dasar, sepulang sekolah saya menggambar salah satu cover buku seri Api Di Bukit Menoreh menggunakan kapur berwarna di papan tulis atau kalau orang Jawa menyebutnya Blabak yang disediakan orang tua saya di rumah. Meski tidak mirip sekali, namun, Mbah Kakung memberikan saya apresiasi yang membuat saya semakin bersemangat membaca dan selalu tidak sabar menanti kelanjutan-kelanjutan serial Api Di Bukit menoreh.

Harian Jawa Pos yang masih tergambar jelas di benak saya adalah edisi yang terbit 23 tahun silam, tepatnya sekitar bulan Januari 1995, saya lupa tanggalnya, entah 25 Januari atau 26 Januari, yang memuat headline tendangan kungfu pemain Manchester United, Eric Cantona ke suporter Crystal Palace di stadion Selhurst Park yang memprovokasinya saat berjalan meninggalkan lapangan karena terkena kartu merah. Gambar tersebut saya gunting dan saya jadikan kliping. Kliping? Anak yang tumbuh di era 90-an pasti paham. 

Sejak saat itu saya mengidolakan pemain bernama lengkap Eric Daniel Pierre Cantona, kelahiran Marseile, Prancis, 24 Mei 1966. Eric Cantona merupakan sosok kunci di Manchester United yang sekaligus kontroversial dengan sikapnya yang tak jarang temperamental. Eric Cantona adalah seorang motivator ulung di ruang ganti telah membawa Manchester United memenangi lima kali gelar Liga Inggris (1992/93, 1993/94, 1995/96 dan 1996/97), dua kali gelar Piala FA Inggris (1993/1994 dan 1995/96), dan tiga kali gelar Charity Shield (1993, 1994 dan 1996). 

Setelah kekalahan Manchester United oleh Borussia Dortmund di semifinal Liga Champions 1996/1997, secara mengejutkan, Eric Cantona mengumumkan pensiun dari Sepak Bola di usia yang masing relatif muda, 30 tahun. Konon, setelah itu Eric Cantona banting setir menjadi aktor film di Prancis. Meski mengidolakan pemain bernomor punggung 7 tersebut, akan tetapi, saya bukanlah penggemar Manchester United, saya adalah Liverpudlian sejati.

Tendangan Kungfu ala Eric Cantona (Sumber Gambar : https://www.bola.com/inggris/read/3356567/eric-cantona-legenda-mu-pemilik-sejati-nomor-7/page-2)
Tendangan Kungfu ala Eric Cantona (Sumber Gambar : https://www.bola.com/inggris/read/3356567/eric-cantona-legenda-mu-pemilik-sejati-nomor-7/page-2)
Bagi sebagian orang, hobi membaca buku mungkin dianggap cupu, nerd, dan bahkan digambarkan sebagai sosok yang anti sosial (kurang gaul). Benar atau tidaknya, saya memang tumbuh menjadi pribadi yang cenderung pendiam, pemalu, dan agak sulit tampil di depan umum. Saya nyaman berperan di belakang layar mengoptimalkan olah pikir analitis dan strategi. 

Teman-teman akrab saya juga sangat sedikit. Ketika di usia SMA, saat acara pentas seni dalam rangka ulang tahun sekolah, mayoritas band teman-teman sekolah saya yang lain, yang lebih famous dengan gaya selangit padahal modal dari orang tua, membawakan lagu-lagu Padi dan Dewa pasca Ari Lasso. 

Saat itu sedang booming-boomingnya hits seperti Mahadewi, Semua Tak Sama, Dua Sejoli, dan Sayap-Sayap Patah. Band yang saya bentuk bersama teman-teman akrab saya yang tidak pernah tampak di permukaan, dengan cuek menampilkan lagu-lagu Nirvana dan Green Day. Saya bermain sebagai bassist. 

Meski setelah itu band saya didiskualifikasi karena melanggar aturan terkait keharusan menyajikan lagu-lagu berbahasa Indonesia. Bukan bermaksud sok Inggris atau tidak nasionalis. Saat itu jiwa muda saya hanya ingin melawan batasan-batasan yang dibuat saja.

Dilansir dari berbagai sumber, hobi membaca memiliki banyak sekali manfaat positif bagi kehidupan. Manfaat-manfaat positif tersebut diantaranya adalah :

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun