Sungguh miris, untuk pertama kalinya dalam sebuah turnamen resmi FIFA, Indonesia kehilangan 6 poin dalam 2 laga awal di kandang. Lebih ironisnya, kehilangan poin tersebut bukan dari negara-negara Asia yang selama ini dianggap superior, seperti Jepang, Korea Selatan atau Arab Saudi, tetapi dari tim-tim sekawasan di Asia Tenggara.Â
Seingat saya, selama ini sebobrok-bobroknya Tim Nasional kita, Timnas Thailand dan Timnas Malaysia susah menang di kandang kita. Kalaupun mereka sesekali menang disini, lebih karena faktor keberuntungan, seperti Timnas Malaysia mengalahkan Timnas Indonesia pada semifinal leg 1 Piala AFF di tahun 2004 dengan skor 2-1 di Senayan, tetapi secara permainan kita tetap mendominasi dan akhirnya terbukti kita bisa membalikan skor di leg ke-2 yang dilangsungkan di Kuala Lumpur dengan skor telak 4-1 dan lolos ke final.Â
Contoh lain, dengan persiapan seadanya di piala AFF 2016, walaupun kita sekali lagi belum bisa menjadi juara, namun semua laga di kandang, kita menangkan, baik ketika melawan Vietnam di semifinal leg 1 mauapun Thailand di final leg 1, dimana skornya identik 2-1 untuk kemenangan Timnas kita GARUDA.
Lalu apa yang terjadi sekarang? Kita kalah, karena memang kita pantas kalah. Secara permainan kita kalah, kualitas teknik kalah, fisik kalah, kerjasama tim kalah. Apakah di piala AFF 2016, kondisinya kita lebih baik secara teknik, fisik dan kerjasama tim ketika pertandingan leg 1 semifinal dan final melawan Vietnam dan Thailand? Jawabannya TIDAK, pada saat itu, secara teknik, fisik dan kerjasama tim kita juga kalah.
Terus, kalau kondisinya sama, kenapa dulu bisa menang sekarang kok kalah? Jawabanya adalah, karena pada piala AFF 2016, para pemain bermain dengan tekad dan determinasi yang kuat untuk mengharumkan nama BANGSA. Kalau yang sekarang, mereka tidak punya tekad dan determinasi seperti itu. Apakah mereka tidak punya NASIONALISME?Â
Lagi-lagi jawabanya TIDAK, tetapi lebih kepada faktor TAKUT CEDERA. Â Hal itu terjadi, karena kualifikasi WORLD CUP 2022, berlangsung di tengah Liga 1, yang masih baru satu putaran compang-camping. Saya punya keyakinan, masing-masing klub yang pemainnya di panggil TIMNAS sekarang,pasti mewanti-wanti pemainnya, untuk bermain hati-hati dan menghindari CEDERA.Â
Kalau kondisinya sudah seperti itu, ya wis wasalam, karena semua pemain TIMNAS tidak akan bermain lepas atau lebih EKSTREM lagi, tidak siap MATI untuk INDONESIA di lapangan. Itu terlihat tidak adanya determinasi dan permainan KERAS (bukan KASAR) di dua pertandingan tersebut, sungguh berbeda kalau mereka bermain untuk Klubya di pertandingan Liga 1
Pertanyaannya, PENTING MANA KUALIFIKASI PIALA DUNIA 2022 dengan LIGA 1? Saya yakin hampir semua pengurus klub  akan mementingkan kepentingan Klubnya masing-masing di LIGA 1. Kondisi ini  dan dengan manajemen PSSI, yang amatiran untuk membentuk TIMNAS yang berkualitas,mari kita terus BERMIMPI untuk punya TIMNAS  yang berprestasi.Â
Pertanyaan terakhir Buat apa ada kompetisi Liga 1, kalau semua orang lebih memikirkan klub masing-masing dibandingkan TIMNAS, bukankah MUARA kompetisi adalah untuk membentuk TIMNAS yang HEBAT?
Bekasi110919
Â