Baru-baru ini kata toxic sering berjajar diantara deretan kalimat-kalimat di media sosial. Kalau diartikan Toxic itu racun dan productivity adalah produktivitas. Lantas kenapa muncul istilah Toxic productivity? Dr Julie Smith seorang psikolog terkemuka asal Inggris mengemukakan bahwa Toxic productivity adalah dorongan yang berlebihan terhadap diri sendiri agar terus berkembang dan bergerak aktif akan menjadi sebuah kesalahan jika tidak menyibukan dengan banyak hal. Sampai -sampai merasa bersalah kalau tidak produktif. Sibuk lupa memberika jeda kepada diri sendiri.Â
Ketika kita terlalu terobsesi agar selalu produtif setiap hari sampai-sampai lupa waktu makan, fisik dan mental kena apalagi hubungan sosial tidak terjamah sama sekali. Tanpa memperdulikan batasan sampai mana waktu untuk produktif dan waktu untuk istirahat. ika kamu merasakan hal seperti itu, ada baiknya berhenti jangan sampai terlalu jauh.Â
Ketika seseorang terkena toxic productivity, ada penyebabnya bisa itu dari faktor internal maupun eksternal. Salah satu penyebabnya adalah si paling sempurna alias perfeksionis. Ketika sudah memasang standar tinggi hati-hati nih muncul awalnya toxic productivity. Selain itu ekspetasi baik dari keluarga, pekerjaan dan lingkungan yang memicu timbulnya toxic productivity.Â
Yang paling penting tekanan dari sosial adalah salah satu faktor yang paling kuat karena ketika posisi berada di lingkungan yang saingannya tinggi serta kompetitif udah wasalam tuh. Dari media sosial tempatnya pembanding diri terhadap orang lain akhirnya timbul untuk selalu produktif.
ketika sudah merasakan toxic productivity sebaiknya mengubah mindset. Karena semua berawal dari pikiran. Sadari bahwa tidak ada yang sempurna. Waktu ada siang dan malam itu untuk beraktivitas dan istirahat. Jangan menyiksa diri sendiri karena keegoisanmu. Tetapkan batasan waktu. Sewajarnya saja.Â
Sesungguhnya yang berlebihan itu tidak baik. Buatlah perencanaan yang lebih realistis sesuaikan dengan kemampuan diri. Jangan pernah memaksakan diri. Ingat tubuhmu perlu dirawat baik itu fisik dan mentalnya. Apalagi waktu tidur sampai diabaikan. Ambil waktu kapan butuh merefleksikan diri dan kapan untuk bisa bersosialisasi. Semua ada porsinya.Â
Terkadang kita sibuk mengejar banyak hal tapi istirahat sama pentingnya. Bisa jadi rasa bersalah itu muncul bukan karena malas tapi kita lupa bahwa kita ini manusia butuh istirahat. Produktif itu baik sangat baik tapi jangan sampai jadi racun dalam hidupmu. Selalu ada kata jeda jangan sampai tenggelam dengan rasa lelah yang tak berujung. Coba tanyakan pada diri sendiri sudahkah memberikan waktu untuk istirahat hari ini?
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI