Mohon tunggu...
Adelina Zulfa Syahrani
Adelina Zulfa Syahrani Mohon Tunggu... French Language and Literature undergraduate — Brawijaya University

-

Selanjutnya

Tutup

Seni

Panas Lilin, Hangat Kenangan: Siswa SD Negeri 1 Wonomulyo Belajar Cinta Budaya Lewat Canting bersama Mahasiswa PKM FIB UB

7 Agustus 2025   11:23 Diperbarui: 7 Agustus 2025   11:23 53
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Para siswa kelas 5A SDN 1 Wonomulyo berfoto bersama seusai kelas membatik. Sumber: Dokumentasi Kelompok 50 PKM FIB UB

Lelehan malam tak menyurutkan semangat para siswa kelas 5 SD Negeri 1 Wonomulyo menciptakan karya batik pertama mereka bersama mahasiswa Kelompok 50 PKM FIB UB. Meski hanya beralas koran di pangkuan dan harus berhati-hati dengan canting berisi lilin panas, mereka tetap antusias menjalani setiap proses, dari menggambar hingga mencanting.

Kegiatan ini merupakan bagian dari program kerja pengabdian masyarakat bertema pelestarian budaya lokal, khususnya seni membatik. Mahasiswa dari Fakultas Ilmu Budaya Universitas Brawijaya memperkenalkan batik sebagai salah satu warisan budaya Indonesia yang bisa dikenalkan sejak dini, sekaligus menumbuhkan rasa cinta pada tradisi leluhur.

Sebelum praktik dimulai, siswa mendapatkan materi pengenalan batik secara singkat di kelas masing-masing. Setelahnya, mereka mengikuti kuis ringan untuk menguji pemahaman, lalu bergiliran mengikuti praktik mencanting di pendopo sekolah. Kelas 5B mendapat giliran pertama, disusul oleh kelas 5A.

Motif yang digunakan bukanlah motif klasik seperti parang atau kawung, melainkan buah dan sayur yang mudah dikenali dan dekat dengan kehidupan siswa sehari-hari. Ini termasuk pisang, apel, jeruk, dan kubis yang mana motif-motif ini dipilih berdasarkan hasil survei lingkungan sekitar Desa Wonomulyo. Setiap motif dikerjakan oleh 3–4 siswa dalam satu kelompok untuk melatih kerja sama tim.

Antusiasme terlihat dari ekspresi mereka yang semangat dan tawa kecil yang pecah saat melihat hasil coretan pertama mereka di kain. Beberapa bahkan tampak saling membantu memperbaiki goresan malam temannya. Proses ini bukan hanya menjadi ajang belajar membatik, tetapi juga melatih kerja sama, ketelitian, dan kesabaran. Meskipun harus berhati-hati saat memegang canting berisi lilin panas, para siswa tetap menunjukkan semangat tinggi. Digo, siswa kelas 5A, sempat mengeluh, “Panas, Kak, kena lilin,” sambil meniup jemarinya. Sementara itu, Zahra dari kelas 5B merasa tantangan tersendiri saat harus mencanting bentuk sayurannya, “Susah banget aku dapat gambar kubis.”

Karya batik dari Kelompok Nala dengan motif kubis sebagai simbol potensi lokal pertanian Desa Wonomulyo. Sumber: Dokumentasi Kelompok 50 PKM FIB UB 
Karya batik dari Kelompok Nala dengan motif kubis sebagai simbol potensi lokal pertanian Desa Wonomulyo. Sumber: Dokumentasi Kelompok 50 PKM FIB UB 

Alih-alih menggunakan celemek dan sarung tangan, para siswa hanya diberi alas koran untuk melindungi pakaian mereka. Namun, hal ini tidak mengurangi kenyamanan maupun antusiasme mereka. Justru suasana sederhana ini membuat pengalaman semakin membumi dan membekas dalam ingatan. Hasil karya para siswa kemudian dikeringkan dan dipajang dalam pameran seni Karya Mulya yang diadakan di lingkungan sekolah. Pameran ini menjadi ajang apresiasi sekaligus perayaan atas usaha dan kreativitas siswa dalam mengenal batik lebih dekat.

Kegiatan ini menyasar siswa kelas 5A dan 5B karena dinilai sudah cukup matang dari sisi motorik dan kognitif. Penentuan kelas sasaran juga didasarkan pada survei awal oleh mahasiswa PKM untuk menyesuaikan pendekatan yang paling efektif. Respons guru kelas terhadap kegiatan ini juga positif. Secara implisit, dukungan ditunjukkan dari keterlibatan aktif mereka selama proses berlangsung, baik dalam mengondisikan kelas, membantu teknis pelaksanaan, maupun memberi semangat kepada siswa.

Para siswa kelas 5B SDN 1 Wonomulyo berfoto bersama hasil karya membatik mereka. Sumber: Dokumentasi Kelompok 50 PKM FIB UB
Para siswa kelas 5B SDN 1 Wonomulyo berfoto bersama hasil karya membatik mereka. Sumber: Dokumentasi Kelompok 50 PKM FIB UB

Selain memberi pengalaman langsung kepada siswa, program ini juga menjadi bagian dari upaya melestarikan keterampilan membatik yang mulai terlupakan, khususnya di daerah pedesaan. Di Desa Wonomulyo sendiri, sebenarnya ada pelaku batik lokal yang hingga kini belum banyak dikenal. Dengan memperkenalkan batik ke sekolah, diharapkan tumbuh kesadaran akan kekayaan budaya lokal sekaligus membuka peluang regenerasi pengrajin batik di masa depan.

Melalui kegiatan sederhana ini, Kelompok 50 PKM FIB UB berupaya menjembatani nilai-nilai tradisional dengan dunia anak-anak. Tidak hanya tentang menggambar dan mencanting, kegiatan ini juga menjadi ruang belajar kolaborasi, kreativitas, dan cinta budaya. Dengan semangat kecil yang menyala di antara lelehan malam, para siswa SD Negeri 1 Wonomulyo telah membuktikan bahwa mencintai budaya bisa dimulai dari tangan-tangan mungil yang belajar menggurat motif di atas kain.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Seni Selengkapnya
Lihat Seni Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun