Mohon tunggu...
Adelia Novarin
Adelia Novarin Mohon Tunggu... Editor - Editor

Mencintai Kehidupan Dari Lekukan Pena yang Menghasilkan Cerita dan Cinta

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Belajar dari Kasus di Cina, Ketahui Bahaya Fenomena Revenge Travel di Saat Pandemi Belum Terkendali

23 September 2021   13:15 Diperbarui: 23 September 2021   13:44 166
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber foto: pexels.com

Pantai Sanur dan Kuta dipenuhi wisatawan pada akhir pekan minggu lalu seiring dengan penurunan level PPKM dari level 4 menjadi 3. Industri pariwisata pun mulai menggeliat, namun pemulihan ekonomi ini masih dibayangi oleh bahaya penyebaran virus Covid-19.

Peningkatan mobilitas dan aktivitas masyarakat tersebut dikhawatirkan mengarah ke fenomena revenge travel, yang baru-baru ini juga sempat disebut-sebut oleh tokoh politik di Indonesia.

Para pakar pun mengungkapkan kekhawatiran yang sama. Ahli epidemiologi dari Perhimpunan Ahli Epidemiologi Indonesia (PAEI) Dr Masdalina Pane, mengaku khawatir terjadi revenge travel akibat pembatasan ketat selama beberapa bulan yang menyebabkan perasaan euforia atau bebas.

Meski demikian, Pane menjelaskan bahwa fenomena tersebut umum terjadi, terutama ketika kita tersandera kesibukan sampai jenuh kita ingin balas dendam. Yang menjadi permasalahan adalah risiko penularan virus menjadi lebih tinggi dengan adanya kerumunan akibat revenge travel.

Pane mengatakan jika protokol kesehatan diterapkan secara optimal, tentu risiko transmisi bisa ditekan. Namun, pengawasan pada kerumunan kerap menjadi tantangan.

Revenge travel, lanjut dia, tak akan menjadi masalah ketika dibarengi dengan kelengkapan persyaratan perjalanan dan protokol kesehatan yang ketat dan dilakukan dengan disiplin. Masalah utamanya, siapa yang mengawasi atau mengontrol kerumunan yang tercipta ini.

Hal senada diungkapkan Ketua Satgas COVID-19 Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI), Zubairi Djoerban. Dia menyebutkan bahwa pelonggaran aktivitas masyarakat selama PPKM membuat mereka ingin sekali melakukan perjalanan wisata. 

Meskipun hal tersebut kini tidak dilarang di wilayah level 1-3, tetapi tampaknya hal ini masih mengkhawatirkan. Sebab, pandemi benar-benar masih belum bisa dikendalikan di sebagian besar negara.

Efek bola salju

Revenge travel juga memiliki semacam efek bola salju, yang berpotensi terus menyebar hingga terjadi secara masif. Apalagi, transaksi dan pertukaran informasi lebih mudah dengan bantuan internet, termasuk untuk mengakses hiburan dan merencanakan perjalanan wisata.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun