Gilang,
Beberapa malam lalu engkau bertanya padaku.
"Pak, boleh engga kalau kita tidak percaya hal gaib?" tanyamu padaku ketika itu.
Persoalannya bukan boleh atau tidak boleh, tetapi lebih pada hal yang mendasari ketidakpercayaan yang engkau pilih.
Aku bukan memberi kebebasan padamu untuk berpikir secara radikal. Bukankah itu salah satu ciri filsafat? Ya, aku bukan membiarkanmu bebas, tetapi aku memberimu tanggung jawab.
Engkau harus bertanggung jawab atas apa yang menjadi pilihanmu. Tentu saja pertanggungjawaban ini harus logis. Artinya, engkau bisa menjelaskan kenapa tidak percaya hal gaib dalam koridor otak waras.
Begitu pun ketika pilihanmu jatuh pada mempercayai hal gaib, itu harus juga dipertanggungjawabkan secara logis.
Kalau ditelisik lebih dalam, sebetulnya dua pilihan ini memiliki keyword yang sama. Yaitu sama-sama percaya. Yang satu percaya bahwa hal gaib itu ada, dan yang satunya percaya bahwa hal gaib itu tidak ada.
Di masa-masa awal menceburkan diri ke dunia filsafat, aku pun sama melewati fase seperti yang sekarang sedang engkau pijak. Tidak ada tempat dalam kepundan pikiran hal-hal yang tidak berwujud.
Seiring waktu, aku yakin engkau pasti akan merindukan sisi spiritual yang ada dalam dirimu. Karena itu adalah kebutuhan semua dan setiap manusia.
Jadi, nikmati saja prosesnya. Bermain-mainlah dalam alam pikiranmu sendiri. Jangan takut terhadap bayanganmu sendiri. Sampai tiba waktunya engkau menemukan sebuah kekuatan tersembunyi yang maha dahsyat dengan kuasanya atas segala sesuatu yang ada di semesta ini.