Kerupuk
Oleh: Ade Imam Julipar
16-10-19
“Mas Yon, biasa ya. Bungkus saja. Saya kesiangan nih,” kata saya ke Mas Yon, penjual bubur langganan saya.
Pagi ini saya berangkat ke kantor kesiangan. Semalam si Genta – anak kedua saya yang berumur sebelas bulan – agak rewel. Saya harus begadang menemani dia.
Pembeli ramai sekali. Ada yang makan disitu, ada juga yang minta dibungkus untuk dibawa pulang. Karena saya datang belakangan, saya pun ikut antri dengan yang lainnya.
Setelah memesan saya pun menunggu di salah satu kursi plastik yang berderet di antara meja-meja makan. Saya mengeluarkan HP, dan membukanya untuk melihat WA, email, dan messenger. Ada beberapa pesan masuk. Pesan dari orang yang memesan buku-buku saya.
“ Nih, mas Ade buburnya,” suara mas Yon mengagetkan saya yang sedang asyik membalasi pesan-pesan dari WA.
Setelah membayar, saya pun bergegas tancap gas melanjutkan perjalanan ke kantor.
“Ups, cuma telat lima menit. Syukurlah,” batin saya ketika melihat jam di Finger machine menunjukkan jam 8.05.
Sampai ruangan, seperti biasa, saya langsung menyalakan komputer. Sambil menunggu loading, saya menuju ruang pantry untuk sarapan.