Mohon tunggu...
Muhammad Fadli
Muhammad Fadli Mohon Tunggu... lainnya -

lahir dan besar di tepi karangmumus. sungai di kota kayu, Samarinda, yang kini kian menghitam. dapat dikunjungi di: http://timpakul.web.id

Selanjutnya

Tutup

Nature

Infotemen: Badak, Orangutan, dan Panda

29 Maret 2013   12:13 Diperbarui: 24 Juni 2015   16:02 290
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1364533842216426580

"Badak Sumatera ditemukan di Kalimantan", begitu ujar Panda. Ini berita infotemen yang lagi hot saat ini. Mengalahkan panasnya pertarungan Eyang Subur ataupun pembunuhan sistematis di lembaga pemasyarakatan, apalagi kalau cuma pertarungan pesan singkat berebut kursi partai. Nun jauh di sebuah kedalaman belantara Kalimantan. Pada sebuah perbatasan antar negara. Tak jauh dari jatuhnya asteroid berjuta tahun lalu. Datanglah Panda dan rombongannya untuk bersenang-senang diantara tetumbuhan kelapa sawit. Rumah Panda kini sudah semakin gersang. Walaupun pada berbagai media publik, baik koran, radio, televisi, hingga media internet, Panda-panda sibuk berdandan dan menyampaikan agar mematikan lampu di malam hari. "Biar mengajarkan hemat," begitu ujarnya. Dan kemudian sibuklah para Panda menarikan tarian kemenangan, dengan energi yang tak lebih sedikit dari lampu yang dipadamkan. Perjalanan Panda di hulu sungai Mahakam, sebuah sungai yang menjadikan pagar batas permukiman Orangutan, melalui berbagai jiram dan hamparan kebun sawit, yang kabarnya bisa melanjutkan hutan yang tiada. Tak hanya para Panda yang ada dalam rombongan. Pun rombongan Rangkong, Katak, dan beragam spesies lain turut dalam perjalanan ini. "Gerilya Pembadakan", ini judul perjalanan mereka lain ini. Hingga tiba pada sebuah kampung, rombongan inipun mulai mempersiapkan strateginya. Para pengikut pun sibuk untuk mempersiapkan tempat tidur terbaiknya, lalu kemudian berujar "Kami akan berjalan-jalan di sekitar kampung, kalian semua, cepatlah masuk ke kawasan hutan yang lebih gelap di sana, temukanlah itu para Badak". Rangkong, Katak dan serombongan burung-burung kecil dengan segera mengemasi lagi barang-barang bawaan mereka. Sementara Panda mulai melemaskan otot-otot mereka yang sudah penuh lemak di sebuah pondok emas beratapkan daun sawit. Rombongan pasukan ini mulai menelusuri sungai-sungai kecil di dalam belantara Mahakam. Berhari-hari, berbulan-bulan, hingga bertahun-tahun. Bertemulah mereka dengan keluarga Orangutan di rumahnya yang berbatu. [caption id="attachment_235221" align="aligncenter" width="600" caption="itu Orangutan, tapi bukan yang disitu - foto @timpakul"][/caption] "Permisi om Orangutan... Bolehlah kami beristirahat sejenak disini" ujar Rangkong. "Ooo.. silahkan.. mari masuk. " ujar Orangutan para Rangkong yang semakin terlihat mengurus."Kalian mau kemana?" tanyanya. "Kami sedang diperintahkan Panda untuk mencari Badak." jawab Rangkong sambil menikmati tuak yang disajikan. Katak dan kawan-kawannya masih terlalu sibuk untuk check in dan mengupdate statusnya di jejaring sosial. "Sedang di rumah Orangutan" begitu statusnya. "Kenapa dengan Badak?" tanya Orangutan. "Badak sudah lama menghilang. Dulu mereka ada di hilir Mahakam. Sekarang sudah tiada. Bahkan Badak sempat meninggalkan nama di Muara Mahakam. Prasastinya masih tersisa. Sebagian bahkan lebih tenar dibandingkan dirinya saat ini, Badak 4 namanya. Mungkin dulu ada 4 Badak yang berkubang dan menari harlem shake disana." "Ooo.. begitu... Sama donk seperti dulu Panda mencari-cari keluarga kami?" "Ya.. begitulah mungkin." Rangkong berjalan mengitari ruangan rumah Orangutan."Badak mulai masuk trending topic. Tak ada Badak tak bagus, begitulah sekarang yang ada di antara gedung bertingkat di kota-kota. Hampir setiap hari televisi hanya mengabarkan tentang Badak. Setiap kali panas dalam, berarti menyelamatkan Badak". "Wah... sebegitunya? Kami dulu tak pernah panas dalam." "Iya. Badak kan sering panas dalam. Bahkan mukanya Badak juga paling sering dipakai sama para pemimpin. Sudah salah, korupsi, menindas, masih juga anteng-anteng saja dan cukup mengucapkan prihatin." "Hmm... terus, kalian sudah bertemu dengan Badak?" tanya Orangutan sambil menyajikan lemang berbungkus plastik. "Sudah.. di hulu anak sungai ini kami bertemu jejaknya. Ada pula tattoo Badak pada pepohonan. Sebagian dari kami juga melihat grafiti yang dibuatnya. Tapi hanya itu... " Rangkong kembali duduk sambil berselonjor di tikar lampit dari plastik. "Wah... keren itu. Saya saja belum pernah bertemu mereka. Dulu sih pernah, bahkan ada keluarga Badak yang sempat tertabrak mobil besar pengangkut kayu. Ketika kami melintas disana, tak ada yang tersisa, hanya baunya saja yang masih ada" "Ya.. karena itu pulalah kami ini diperintah Panda untuk mencari Badak disini." "Lalu kenapa kalian mau?" "Kami juga ingin mengabarkan pada dunia, bahwa kami bertemu Badak. Bukan lagi Panda yang mengabarkan, seperti Kucing Merah berlapis emas itu. Bukan kami ingin terkenal. Tapi terlalu banyak klaim Panda telah menemukan spesies baru, padahal bukan mereka yang menemukan." "Iya sih. Panda kan punya ATM tak terbatas. Kalau kehabisan di kantong mereka, tinggal colek kiri-kanan." "Kami sudah terlalu lelah berjalan di belantara ini, dan belum pula dapat berbincang dengan Badak. Malah bertemu dengan kalian di rumah kalian yang tak biasa ini." "Begini, cobalah datang ke hulu sungai di hilir sana. Temuilah Naga. Kan mereka pernah masuk koran juga." ujar Orangutan sambil menyirih. "Memangnya Naga masih ada?" Rangkong merautkan wajah tak percaya. "Sama lah dengan kalian mempercayai Badak itu ada. Kami masih mempercayai Naga itu masih ada." "Hmm.. bukannya yang berpose di koran itu adalah batang kayu yang sedang eksis saja?" "Sebenarnya sih, itu Naga, yang lagi bermain panggung boneka." "Baiklah... kami akan mencoba bertemu dengan Naga. Ijinkan kami untuk beristirahat semalam saja disini" "Ya .. silahkan. Kalian bisa istirahat di atas karung tepung di bawah atap disana. Itu adalah tempat tidur termewah di belantara ini" ujar Orangutan sambil menunjuk pada jejeran karung tepung yang diikatkan pada batang-batang menyerupai ranjang. Malam berlalu. Rombongan Rangkong telah pula beristirahat cukup. Bukti-bukti foto dan jejak-jejak Badak yang mereka temui telah tersimpan rapi diantara barang bawaan mereka. Satu harapan, ketika kembali ke kota, mereka akan berhadapan dengan kamera dan dengan gagah mengucapkan "Kami bertemu dengan Badak, jejaknya sih". Mereka lalu kembali ke tempat Panda berada. Dengan gembira mereka bercerita tentang remah-remah perjalanan panjangnya. "Baiklah. Itu cerita luar biasa. Mari bersenang-senang. Dan tinggalkanlah semua barang bawaan kalian disini". Rombongan Rangkong pun bersenang-senang. Membakar ikan bersama. Memakan umbi yang melezatkan. Dan dedaunan membawakan hawa kesejukan. Panda pun sibuk, merapikan barang bawaan Rangkong dan kawan-kawannya, untuk menyelamatkan yang harus diselamatkan. Selang beberapa bulan kemudian. Pada sebuah tayangan infotemen. Panda dengan tampilan rambutnya berbelah tengah tak menentu, tampil dan berucap "Kami telah bertemu dengan Badak. Ya, kami yang bertemu. Tak ada Badak, tak bagus." Rangkong dan rombongannya yang sedang berada dalam kawasan belantara lainnya di bumi Kalimantan, masih terlalu sibuk dengan kamera perangkapnya. Dan hanya bisa mengupdate status di jejaring sosial "Badak itu kan ..... " -- *Bila ada kesamaan nama, peran, kejadian, peristiwa, dan lain sebagainya dalam cerita ini, ini hanyalah sebuah kesengajaan*

Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun