Halo, Teman-teman desainer dan developer! Bayangkan kalau kamu lagi buka sebuah website atau aplikasi favorite. Tapi, bingung cari tombol yang dicari, atau lagi scroll-scroll tapi  nggak menemukan info yang sedang dicari. Frustasi banget, bukan? Nah, itulah kenapa Arsitektur Informasi (Information Architecture atau IA) jadi pondasi utama dalam dunia digital. Arsitektur Informasi (IA) ini seperti blueprint rumah, kalau salah susun, tamu (User) bakal nyasar terus.
Arsitektur informasi adalah seni dan ilmu mengorganisir, menyusun, dan menampilkan informasi supaya mudah untuk diakses dan dipahami. Bukan cuma urusan desainer UI/UX, tapi developer juga harus paham biar kode yang dibuat nggak cuma jalan, tapi juga user-friendly. Di era digital sekarang, dimana user punya rentang perhatian cuma 8 detik, menguasai IA bisa bikin produkmu standout.
Dalam artikel ini, kita bakal bahas 7 pilar utama IA yang wajib kamu kuasai. Aku bakal jelasin satu per satu dengan bahasa santai, plus contoh nyata, biar gampang dicerna. Yuk, simak!
Pilar 1: Struktur Hierarki yang Logis
Pilar pertama ini seperti pondasi dalam membangun Arsitektur Informasi (IA). Struktur hierarki berarti menyusun informasi dari yang paling umum ke yang lebih spesifik, mirip dengan pohon keluarga. Mulai dari homepage sebagai akar, lalu cabang ke kategori utama, subkategori, dan detail halaman.
Kenapa penting? Karena user suka pola yang familiar. Bayangin kamu sedang membuka sebuah e-commerce. Tapi, bingung ingin sebuah produk tidak tahu letak  kategori dimana.
Contohnya website Tokopedia yang menampilkan kategori, seperti "Fashion" > "Atasan Wanita" > "Kemeja Wanita". Logis, kan? Kalau developer bikin struktur datar tanpa hierarki, user bakal overload info dan kabur.
Pilar 2: Navigasi yang intuitif dan Konsisten
Navigasi adalah jalan tol, kenapa? Istilahnya jalan bebas hambatan di website atau aplikasi-mu. Kalau bikinanmu rumit dan susah untuk dipahami, user akan stuck di situ-situ aja di halaman tersebut. Pilar ini fokus pada menu dan tombol yang membuat user gampang berpindah-pindah tanpa kehilangan arah.
Contoh kita ambil website Netflix, menu-nya sederhana tapi mudah digunakan, dengan sidebar yang konsisten di semua halaman. Karena aturan emas dalam navigasi, jangan membuat pengguna menebak. Semakin sedikit klik untuk sampai ke tujuan, semakin baik pengalaman untuk user.Â
Intinya, navigasi yang intuitif untuk user sehingga mereka nggak perlu mikir keras. Bagaimana mereka akan berpindah dari halaman utama ke halaman lainnya. Kalau mereka bilang "Oh, gini toh caranya" berarti menu bar-mu sukses, tidak menyusahkan user.