Aku langsung meresponnya dengan mengantarkan lamaran tiga hari setelah ditelp tersebut. Akhirnya awal Desember 2008 sampai sekarang aku resmi jadi wartawan Singgalang untuk daerah liputan Pariaman.
Mengambil Keputusan yang Tepat Saat Transisi
Bermula dari kurangnya belajar di Padang Magek, lantaran guru tuo acap pergi ke luar daerah, aku memutuskan untuk pindah ke Lubuk Pandan. Sebelumnya, Sudirman, senior aku telah duluan pindah ke Pesantren Madrasatul 'Ulum itu.Â
Untuk tahu Lubuk Pandan, sengaja aku ajak Tuo Sumardi mengantarkan aku. Kami naik PO Terang Bulan dari rumahnya di Sungai Sariak. Turun di Kampung Bonai, Parit Malintang, kami menyusuri areal persawahan.Â
Sekitar setengah jam jalan kaki, kami tiba di komplek pesantren yang didirikan Syekh Abdullah Aminuddin yang terkenal dengan sebutan Tuanku Shaliah Pengka itu.
Di sana bersua para guru tuo yang sedang istirahat siang. Buya Tuanku Shaliah sedang keluar. Sebentar ngomong, kami pamit lagi pulang. Sampai di Kampung Bonai, Tuo Sumardi yang tukang servis jam itu terus ke Padang. Aku sendiri yang terus pulang kampung.Â
Sampai di rumah aku ceritakan ke Abak tentang Lubuk Pandan yang baru saja dikunjungi sebentar itu. Tak berselang lama, aku datang ke Lubuk Pandan untuk melanjutkan belajar. Di sana ada dunsanak aku. Amiruddin namanya. Dia orang Ampalu yang telah lama mengaji di situ.
Setelah seminggu aku di Lubuk Pandan, datang Abak membawa rantang untuk mendoa. Sebab, mendoa adalah tradisi dalam menyerahkan anak ke pesantren ala surau.Â
Aku tinggal di Anjung Jaya. Waktu aku mulai di Lubuk Pandan, Amiruddin sedang jadi Marapulai Tafsir. Malam hari dia mengulang kaji sama Tuo Jakfar. Aku ikuti pula dalam menyimak tiap malam.Â
Paginya aku ikut mengaji di Surau Belakang yang terkenal dengan sebutan Surau Kapalo Sawah bersama Tuo Lukman. Sedangkan siang hari aku mengaji sama Tuo Bujang Albar. Sama halnya dengan Padang Magek, di Lubuk Pandan ada pula latihan dakwah seminggu sekali, yang kami sebut dengan program muhadarah.
H. Iskandar Tuanku Mudo, sang pimpinan pesantren baru saja terpilih jadi anggota DPRD Padang Pariaman dari Golkar. Saat aku mulai di Lubuk Pandan itu tahun 1993 akan ada pergantian Bupati Padang Pariaman. Buya Iskandar, anggota dewan yang akan memenangkan Nasrul Syahrun.Â
Saat itu bupati masih dipilih oleh anggota dewan terhormat. Nasrul Syahrun berhasil menang jadi bupati. Kunjungan kerja kedua kalinya dilakukan bupati itu ke Lubuk Pandan. Dia terkesan dengan guru besar pesantren; Buya Abdullah Aminuddin Tuanku Shaliah. Kunjungan bupati yang difasilitasi Buya Iskandar itu dimanfaatkan dengan acara peringatan Maulid Nabi. Malamnya diadakan acara shalawat dulang.
Sehabis Amiruddin jadi Marapulai Tafsir, bulan puasanya aku ikut tadarus yang memilih marapulai yang akan dimulai pasca lebaran. Namun, saat itu aku belum terpilih karena baru barangkali. Saat itu yang terpilih, Asrizal, Ardindas, dan lainnya.Â