Mohon tunggu...
Actavia Nur Asita
Actavia Nur Asita Mohon Tunggu... Mahasiswa - Media untuk menyalurkan tugas.

Bukan seorang penulis, tapi mencoba untuk belajar memaknai sebuah tulisan. Sebagai mahasiswa ilmu komunikasi di Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya.

Selanjutnya

Tutup

Tradisi Pilihan

Dekonstruksi Makna Tradisi Budaya Mudik Lebaran Periode 2022

4 Mei 2022   12:47 Diperbarui: 4 Mei 2022   12:53 576
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : Foto diambil dengan Ponsel Milik Penulis

Pemerintah akhirnya mengizinkan mudik pada lebaran tahun 2022, setelah 2 tahun lamanya pandemi covid-19. Masyarakat Indonesia sangat antusias mendengar hal tersebut, kendaraan umum hingga kendaraan pribadi telah mereka siapkan dari jauh-jauh hari sebelum lebaran, mulai dari pemesanan tiket kereta, pesawat, hingga jadwal keberangkatan bus. Banyak juga dari masyarakat yang menggunakan kendaraan pribadi sebagai transportasinya, sehingga menyebabkan kemacetan di beberapa titik jalan tol hingga jalan pemukiman.

PT Jasa Marga (Persero) telah mencatat hasil rekor tertinggi lalu lintas mudik lebaran periode 2022, jumlah kendaraan sebanyak 1,7 juta meninggalkan Jabodetabek untuk menuju Trans Jawa dan Bandung, Merak, dan Puncak. Tujuan favorit dari pemudik adalah menuju ke arah Tol Trans Jawa sebanyak 53,8% dari total pemudik, menuju ke arah Merak sebanyak 27,6% dan menuju ke arah Puncak sebanyak 18,7%.

Semenjak pandemi yang menyerang selama 2 tahun terakhir, banyak perubahan yang terjadi pada kehidupan masyarakat di dunia terutama di Indonesia. Mulai dari memakai masker, menjaga jarak, menjauhi kerumunan hingga melakukan vaksin yang sampai saat ini terhitung hingga vaksin dosis 3 atau booster. Selama 2 tahun terakhir pemerintah membuat kebijakan untuk penyekatan dan pembatasan sosial pada hari Raya Idul Fitri, sehingga masyarakat dilarang untuk melakukan aktivitas mudik dan bagi perantau tidak bisa untuk berpulang ke kampung halamannya. Hal tersebut menyisakan duka yang terdalam bagi perantau yang ingin bertemu keluarganya. Tapi demi tidak naiknya jumlah pasien covid-19 hal tersebut terpaksa untuk dilakukannya.

Pada teks di atas, topik utama yang dibahas adalah mudik. Mudik memiliki singkatan yaitu Mulih Dilik (Pulang sebentar) yang diartikan sebagai perjalanan untuk pulang ke kampung halaman. Tradisi mudik sudah ada sejak zaman sebelum kemerdekaan dan akan terus turun temurun hingga zaman yang akan datang. Momen ini dimanfaatkan perantau pulang ke kampung halamannya masing-masing untuk bertemu keluarga dan berziarah kubur.

Dekonstruksi oleh penulis dalam hal ini adalah pembongkaran terhadap makna mudik dari sisi tradisi turun temurun. Pemaknaan yang dimunculkan adalah berdasarkan eksistensi nyata dan sesuai fakta yang ada. Tidak dapat dipungkiri bahwa budaya merupakan suatu konsep yang statis, namun justru juga sangat dinamis. Maka dari itu, banyak cara yang bisa dilakukan untuk kembali memaknai konsep yang terkandung dalam suatu budaya tradisi yang sesuai dengan realita saat ini. Jika dilihat dari artinya di atas, untuk berpulang ke kampung halaman dan bertemu keluarga tidak harus menunggu momen mudik, itu bisa dilakukan kapanpun saat kita mau. Mudik hanyalah tradisi yang dilakukan secara turun temurun ketika melakukan perayaan Hari Raya Idul Fitri.

Demikian dekonstruksi yang dapat penulis sampaikan, hal tersebut merupakan sesuai dengan fakta yang ada dan yang telah terjadi di daerah lingkungan penulis.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Tradisi Selengkapnya
Lihat Tradisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun