Mohon tunggu...
Achmad Sulaiman
Achmad Sulaiman Mohon Tunggu... Administrasi - Mahasiswa

Seorang Mahasiswa Universitas Indraprasta PGRI, Fakultas Bahasa Dan Sastra

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Etika Berkendara dan Masa Depan Indonesia

8 Agustus 2020   16:24 Diperbarui: 8 Agustus 2020   16:27 274
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

            Kota Jakarta dengan populasi terpadat di Indonesia tentunya mempunyai begitu banyak problematika dalam berlalu lintas di jalan. Jumlah kendaraan yang tidak sebanding dengan panjang jalan tentunya menjadi tantangan tersendiri saat berkendara di jalan umum. Dalam UU LLAJ No. 22 Tahun 2009 telah diatur tentang cara berlalu lintas yang benar.

Pengendara yang tidak mematuhi lalu lintas akan diberikan sangsi karena dianggap melakukan pelanggaran hukum. Namun realitasnya adalah masih begitu banyaknya pengendara yang belum mematuhi aturan-aturan yang ada. Setiap hari kita dihadapkan dengan situasi lalu lintas yang menyebalkan karena disebabkan banyaknya pengendara yang tidak mau disiplin.

Pengguna jalan tentu memiliki tujuan dan kepentingan yang berbeda dan semua pengendara tentu memiliki haknya masing-masing dalam menggunakan jalan. Tapi tentu kita tidak melulu hanya memikirkan tentang hak, sementara disisi lain kita melupakan kewajiban kita sebagai pengguna jalan. Ada hak pengguna jalan lainnya yang mungkin sering kita rampas entah sengaja atau tidak. Sebut saja pengendara yang melawan arah atau pengendara yang melalui trotoar yang merupakan hak pejalan kaki dengan beralasan jalan macet. Bahkan banyak pengemudi egois yang tidak memikirkan keselamatan orang lain juga dirinya sendiri, dengan kebut-kebutan dan asal menyalip di jalan raya.

Permasalahan kedisiplinan tentu menjadi rumit ketika itu sudah membudaya. Etika berlalu lintas yang seharusnya menjadi bagian dari budaya tenggelam dengan ketidakdisiplinan yang malah menjadi budaya di tengah masyarakat kita. Ditambah lagi dengan semakin tergerusnya nilai tenggang rasa antar pengguna jalan, egoisme pengemudi, dan kurangnya kemauan mengikuti aturan. Jika terus dibiarkan akan menghasilkan masyarakat yang menganggap aturan hanya untuk dibuat bukan untuk ditaati. Dan itulah realitasnya sekarang ini.

Antara etika dan pengendara adalah dua hal yang seharusnya disatukan agar kedisiplinan di jalan umum dapat terwujud sehingga angka kecelakaan yang dikarenakan oleh faktor manusia menjadi berkurang. Etika adalah pedoman atas sikap yang mengatur antara sesama pengguna jalan. Pemahaman inilah yang masih sangat asing bagi sebagian besar pengguna jalan. Etika di jalan umum adalah bagaimana antar pengguna jalan  saling menghargai dan melepaskan ego saat berlalu lintas. Tanpa etika dalam berlalu lintas maka kita akan menyaksikan begitu banyak ketidakdisiplinan yang terjadi di jalan raya hingga meningkatnya angka kecelakaan.

Salah satu solusi yang harus diterapkan adalah mengedukasi setiap pengendara akan fungsi hak dan kewajibannya sebagai pengguna jalan. Memberi pemahaman kepada pengendara tentang etika berlalu lintas. Tentu ini bukanlah persoalan yang mudah, kita tidak bicara tentang hari ini, situasi saat ini, ataupun persoalan hari ini saja, kita bicara tentang budaya baru yang harus diciptakan untuk masa depan generasi selanjutnya yang akan memimpin bangsa ini. Hal inilah yang harus dilakukan, mendidik generasi penerus akan pentingnya etika berlalu lintas.

Generasi milenial yang akan meneruskan estafet kepemimpinan bangsa inilah yang harus kita bentuk karakter dan kedisiplinannya. Salah satunya adalah dengan pemanfaatan kurikulum di sekolah. Mengintegrasikan etika berlalu lintas secara khusus dengan kurikulum pendidikan adalah salah satu hal yang semestinya dilakukan untuk membentuk karakter bangsa pada generasi muda agar memahami etika berlalu lintas. Diharapkan dengan masuknya etika berlalu lintas ke dalam kurikulum sekolah, lambat laun di masa depan kita akan dapat membentuk generasi yang disiplin dalam berlalu lintas.

Peran guru di sekolah sangat penting dalam membentuk generasi muda untuk masa depan bangsa. Kedisiplinan berlalu lintas bukan hanya tugas kepolisian yang memang menjadi makanan sehari-hari mengurusi kemacetan dan kesemerawutan di jalan raya. Disini peran guru dalam mendidik etika berlalu lintas generasi bangsa dapat dijalankan. Ketertiban dan kedisiplinan di jalan raya adalah cermin bagi bangsa. Keduanya harus menjadi budaya untuk Indonesia di masa depan. As

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun