Mohon tunggu...
achmad supardi
achmad supardi Mohon Tunggu... -

Belajar dan berbagi

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Pramuka Seingat Saya

24 Juni 2014   17:48 Diperbarui: 18 Juni 2015   09:19 221
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Membaca berita tentang lomba kepramukaan yang digelar Unit Kegiatan Mahasiswa Pramuka Universitas Airlangga, Minggu (26/8), saya jadi teringat masa-masa menjadi aktivis Pramuka dulu. Saat itu, pertengahan 1990-an, Pramuka belum semarginal sekarang. Namun, tanda-tanda menjadi kelompok minoritas yang segera kehilangan peminat, sudah begitu nyata terlihat.

Makin tahun, saat SMA saya menggelar pekan ekstrakurikuler (ekskul), stan Pramuka makin sedikit mendapat pengunjung. Beragam atraksi ditampilkan, termasuk membuat menara dari bambu yang menjadi bangunan tertinggi di sekolah saat itu. Kami membuatnya begitu cepat, hasilnya juga bagus. Kami menggunakan menara bambu itu untuk menggelar atraksi prusik dan katrol. Ya, menara bambu itu kuat, meski bahannya hanya bambu dan tali Pramuka yang putih itu. Jangan tanya saya bagaimana cara membuatnya kini. Saya sudah lupa!

Dengan atraksi seru seperti itu, Pramuka hanya bisa menggaet belasan calon anggota baru. Saat pra-orientasi, sebagian berguguran. Memasuki orientasi, tinggal 4 orang yang bertahan. Tahun itu, 4 orang itu sajalah yang menjadi kader kami. It was too great to be true. However, It was!

Beruntung, saat itu Pramuka belum benar-benar punah. Meski di sekolah saya, SMAN 19 Surabaya, gugus depannya tak juga beranjak dari gugus depan persiapan karena selalu minim anggota, namun di banyak sekolah lain, Pramuka masih ada. Paling tidak, dari segi anggota, masih banyak sekolah-sekolah lain yang memiliki Pramuka dengan banyak anggota. Saya belum benar-benar menjadi minoritas saat itu.

Malah, saya merasa seperti kader sebuah partai yang harus terus menerus berdakwah agar makin banyak orang –tepatnya siswa—yang “sadar Pramuka.” Saat itu –hingga kini juga—saya yakin Pramuka memberi banyak pelajaran berguna. Istilahnya, maslahat-nya jauh lebih banyak daripada mudharat-nya.

Lihat saja materi yang ditawarkan Pramuka. Secara garis besar, Pramuka menggabungkan 2 kelompok materi besar, yaitu materi seputar kesehatan (yang biasanya dipegang oleh Palang Merah Remaja atau PMR) dan materi-materi SAR, lingkungan, serta petualangan yang menjadi imej kuat ekskul Pencinta Alam (PA)
Mulai P3K, memasang perban dan penyangga tulang patah, hingga bagaimana menangani korban tenggelam, Pramuka mengajarkan. Keterampilan ekstrem seperti prusik, katrol, dan rappelling yang banyak berguna dalam pendakian, panjat tebing dan penyelamatan, ada materinya di Pramuka.

Kalau mau menuruti isi SKU dan SKK –kalau tak salah kepanjangannya “syarat kecakapan umum”dan “yarat kecakapan khusus”(tuh, kan, saya lupa!)—niscaya tiap anggota Pramuka akan menjadi sosok nyaris sempurna.

Bayangkan, ibadah sesuai tuntunan agama masing-masing, menjadi bagian SKU paling awal. Isi lainnya adalah nilai-nilai kesponan seperti berbakti pada orangtua, menolong sesama, tidak pelit, dan sejenisnya.

Dalam SKK –yang kita dikondisikan untuk memenuhi sebanyak-banyaknya—terdapat banyak keterampilan. Mulai memasak untuk sejumlah orang, keterampilan tali temali, membuat bivak, membedakan tanaman beracun dan tidak, hingga berbicara di depan umum, semua ada. Makin banyak keterampilan yang kita kuasai, makin banyak pin yang kita dapat. Soal pin ini, mungkin aktivis Pramuka hanya tersaingi oleh para Rotarian, hehehehehe. Makin banyak pin yang didapat, makin cepat pula naik tingkat. Asal tahu saja, Pramuka memang mengenal level. Ada Siaga, Penggalang, Penegak, dan Pandega. Di masing-masing level itu, ada 3 tingkatan. Maaf, jangan tanya saya nama-nama tingkatan itu, saya lupa. Teman saya yang mantan anggota Prmauka, juga lupa.
Selain materi, Pramuka juga oke sekali dalam rancang bangun organisasi dan konsep-konsepnya. Sepertinya hanya Pramuka, ekskul yang memiliki banyak norma dan konsep dasar. Sebut saja “sistem among” dan “satuan terpisah”.

Dalam sistem among, semua anggota Pramuka adalah keluarga. Karena itu pembina dipanggil dengan sebutan “Kak”. Masing-masing anggota keluarga menjalankan fungsinya sesuai tingkatan. Yang memiliki level lebih tinggi mengajari dan mendidik adik-adiknya.

Meski begitu, norma ketimuran tetap berlaku. Sejak kecil, sejak level Siaga (biasanya kelas 1-3 SD) anggota Pramuka sudah dibiasakan terpisah antara laki-laki dan perempuan. Dalam perkemahan, tenda mereka terpisah secara tegas. Laki-laki dan perempuan hanya berkumpul dalam acara-acara umum, seperti penjelajahan dan api unggun. Inilah yang disebut “satuan terpisah”.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun