Mohon tunggu...
Achmad Siddik Thoha
Achmad Siddik Thoha Mohon Tunggu... Dosen - Pengajar dan Pegiat Sosial Kemanusiaan

Pengajar di USU Medan, Rimbawan, Peneliti Bidang Konservasi Sumberdaya Alam dan Mitigasi Bencana, Aktivis Relawan Indonesia untuk Kemanusiaan, Penulis Buku KETIKA POHON BERSUJUD, JEJAK-JEJAK KEMANUSIAAN SANG RELAWAN DAN MITIGASI BENCANA AKIBAT PERUBAHAN IKLIM. Follow IG @achmadsiddikthoha, FB Achmad Siddik Thoha

Selanjutnya

Tutup

Nature

Mandi Hanya Dua Menit

15 September 2011   22:31 Diperbarui: 26 Juni 2015   01:56 215
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hobi. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

“Saya mandi hanya bisa dua menit saja. ‘Shower’ sudah diatur hanya mengucur selama dua menit. Lewat dari itu ‘shower’ berhenti secara otomatis. Saat mandi, saya berdiri di dalam ember supaya air tidak tumpah dan terbuang percuma. Air bekas saya mandi bisa saya pakai untuk keperluan lain.”

Peserta pelatihan tersenyum, sebagian malah tertawa melihat ekspresi Mark memperagakan gaya mandi cepat dua menit. Mark adalah salah satu Trainer Pria asal Australia yang mengisi Pelatihan Pendidikan Konservasi bagi Guru-Guru Sekolah di Kawasan Sekitar Taman Nasional Gunung Leuser Kecamatan Batang Serangan Kabupaten Langkat Agustus 2008. Pelatihan dilaksanakan disebuah penginapan yang diapit oleh sungai besar yaitu Sungai Buluh dan Sungai Batang Serangan di Kawasan Ekowisata terkenal di Sumatera Utara, Tangkahan.

Mark melanjutkan kisahnya,

“Di Australia, mobil kotor adalah hal yang biasa. Kami sangat jarang membersihkan mobil dengan air bersih. Tempat cuci mobil diatur airnya agar dapat didaur ulang dan dapat dipakai lagi. Jadi kalau mobil kita sering kelihatan bersih, kita malah dianggap pemboros air.”

Kembali peserta pelatihan tertawa. Mereka sungguh hampir tak percaya bahwa memakai air untuk mencuci mobil atau kendaraan dianggap pemborosan di Australia. Di lingkungan mereka, daerah Tangkahan, masyarakat dengan mudah memakai air tanpa batas untuk segala keperluan termasuk membuang sampah rumah tangga dan limbah industri kecil. Jangankan mobil, Bus-pun bisa“dimandikan” di pinggir sungai sepuas-puasnya tanpa membayar dan khawatir kekurangan air.

Lian, Trainer lain, wanita asing yang energik rekan Mark, asal Australia menambahkan :

”Pernah pemerintah kami memerintahkan untuk mencabut jenis bunga impor yang ditanam di pekarangan karena boros air dan diganti denga jenis bunga lokal yang hemat air. Jadi di tempat kami, masalah air sangat serius sehingga kami sangat behati-hati menggunakannya.”

Semua peserta pelatihan manggut-manggut. Saya tidak paham betul, manggut-manggut tanda paham, bingung atau malah merasa aneh.

***

Kita menyadari bahwa sumberdaya air semakin hari semakin berkurang kualitasnya. Jumlah air memang tidak berkurang, namun air yang bisa dimanfaatkan langsung dengan mudah, bebas dan aman sudah sangat sulit ditemui. Ini memang kurang disadari oleh sebagian besar masyrakat di negeri Khatulistiwa. Sumberdaya yang berlimpah seringkali melenakan kita untuk membiarkannya tak terkelola dengan baik. Ia, akan disadari kalau keadaannya mulai berkurang, rusak atau terancam hilang.

Saat ini kelangkaan air bersih mulai terasa. Untuk dapat menikmati air layak minum kita harus merogoh kantong. Untuk dapat belajar berenang kita perlu menyisihkan waktu dan uang ke kolam renang. Untuk sekedar menikmati sejuk dan jernihnya air kita perlu berlelah-lelah menuju tempat wisata yang jauh.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun