Mohon tunggu...
Achmad SFachrezzy
Achmad SFachrezzy Mohon Tunggu... Jurnalis - Journalis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Kecintaan saya dengan bidang tulis menulis ( menulis di majalah, media online, buku hingga media lainnya). Pada akhirnya membuat saya selalu tertantang untuk selalu meningkatkan kemampuan saya dalam bidang tulis menulis

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Enduser Oriented, Fokus Pemerintah dalam Sektor Pendidikan Nasional

5 September 2019   17:12 Diperbarui: 5 September 2019   17:22 111
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Besarnya anggaran pendidikan yang tercatat sebesar 20% dari APBN  memang terkesan cukup besar. Namun jika hal itu di breakdown lebih jauh, maka anggaran yang sebesar 20% tersebut mungkin belum mampu secara maksimal untuk meningkatkan kualitas pendidikan yang ada di Indonesia. Sekedar informasi Peraturan Presiden nomor 129 tahun 2018 menjelaskan bahwa Rincian APBN 019 menetapkan anggaran pendidikan di tahun 2019 sekitar Rp492,46 triliun. 

Perspektif  diatas memang bisa jadi akan menjadi pembelajaran penting  untuk  jajaran terkait  yang ada di Kementerian Pendidikan. Mengingat saat ini kualitas pendidikan di Indonesia masih cukup jauh dibanding dengan beberapa sekalipun itu adalah negara di kawasan Asean. Tercatat dari daftar  yang di keluarkan oleh Programme Internationale for Student Assesment (PISA), justru Indonesia berada di urutan ke-66 dari 72 negara. Pemeringkatan itu sendiri didasarkan pada beberapa indikator seperti  bidang kemampuan Matematika skor 386, literasi dengan skor 397 dan kemampuan  sains dan teknologi dengan skor 403. Sekalipun memang report itu dilakukan pada tahun 2015, tercatat 42% murid asal Indonesia gagal memenuhi standar di semua bidang tersebut dan di kalahkan murid dari negara seperti Malaysia, Vietnam dan Thailand.

Kini  Indonesia memasuki zaman Industri 4.0, dimana semua sektor industri mesti menerapkan karakter bisnis yang mengarah pada konsep pengembangan bidang bisnis yang menerapkan teknologi digital sebagai salah satu strategi jitu untuk pengembangan industrinya. Karena di harapkan dengan pesatnya kemajuan teknologi yang saat ini begitu terlihat harapannya adalah kondisi ini bisa memberikan dampak positif  bagi peningkatan kualitas pendidikan nasional.

Konsekuensi peningkatan dan perkembangan teknologi, memang sudah seharusnya bisa menjadi trigger positif untuk meningkatkan beberapa sektor industri dimana salah satunya adalah sektor pendidikan. Sehingga tidak heran, ketika saat ini ada beberapa lembaga pendidikan  yang mengaplikasikan sebuah teknologi digital pasti akan berdampak tidak saja pada kualitas pendidikannya tetapi juga kemajuan hasil studi siswanya.

Ambil contoh, ketika pertama kali aplikasi belajar Ruang Guru.com mulai di sosialisasi kan pada tahun 2014. Mungkin tidak banyak yang menyangka bahwa perkembangannya akan sedemikian cepatnya. Karena hingga saat ini ruangguru.com telah memiliki 6 juta lebih  pengguna aktif, 150.000 guru pengajar  yang secara aktif memberikan  bimbingannya serta menawarkan lebih dari 100 bidang pendidikan.

Melihat apa yang terjadi dengan aplikasi ruangguru.com ini bisa menjadi satu pembuktian bahwa kelemahan sistem pendidikan yang ada pada masa dahulu, dimana kualitas pendidikan akan berbeda tiap lokasi atau daerah. Pada akhirnya bisa di antisipasi dan dicarikan solusi terbaiknya dengan kehadiran ruangguru.com. Sehingga pada akhirnya kini tidak ada alasan di daerah kualitas pendidikannya lebih rendah dibanding kota. Karena semua hal saat ini adalah sama. Sama --sama bisa menerima dan belajar dari aplikasi ruangguru.com hanya dengan bermodalkan handphone.

APLIKASI BERBASIS CUSTOMER MEMANG MENJADI SOLUSI TERBAIK SEKTOR PENDIDIKAN

Mengusung konsep aplikasi yang berdasarkan customer oriented, jelas ruangguru.com  bisa menjadi kunci pengembangan dan perkembangan terkini dunia pendidikan  yang ada di Indonesia. Dimana konsep aplikasi yang diberikan secara nyata mampu menjawab apa yang selama ini menjadi keluhan dan kebutuhan costumer/ konsumen dalam hal  ini para siswa sekolah.

" Inilah kunci  yang membuat sebuah sistem aplikasi berbasis customer oriented menjadi salah satu solusi terbaik bagi sektor bisnis, " begitulah  Handri Kosada, CEO Barantum  menjelaskan. Hampir sama dengan ruangguru.com. Saat ini Barantum dengan aplikasi CRM-nya pun mampu menjadi alternative solusi dari permasalahan yang di hadapi industri tidak terkecuali sektor pendidikan.

Ada beberapa hal yang bisa di selesaikan dengan mengaplikasikan CRM pada suatu institusi pendidikan di Indonesia. Ambil contoh pada saat Pemerintah mengeluarkan kebijakan soal program KIP ( Kartu Indonesia Pintar ). Tercatat sepanjang tahun 2018 pemerintah menyatakan telah mendistribusikan KIP kepada seluruh siswa yang berjumlah 18,7 juta jiwa siswa sekolah di Indonesia.   Dimana rentang usia  penerima KIP adalah 16 -- 21 tahun. Dan berdasarkan data yang di himpun dari jumlah tersebut sebanyak 69% sudah menerima dan mencairkan dana KIP tersebut.  Itu di tahun 2018, sedangkan jika kita melihat dari awal kemunculan nya  yaitu pada tahun 2015 hingga tahun 2018 tercatat sudah sebanyak 27,9 juta jiwa siswa mendapatkan KIP dengan jumlah anggaran yang sudah di keluarkan oleh pemerintah mencapai Rp35,7 triliun.

Selesaikah masalah diatas terkait program KIP. Jawabannya belum selesai, karena ada beberapa hal yang mesti di jawab dengan benar. Pertama apakah penyalurannya sudah tepat sasaran dan Kedua apakah pencairannya sudah memenuhi kondisi sesuai dengan kebutuhan siswa  di beberapa daerah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun