duk tinumbas saking ing Bali Â
pekik ing warnaniraÂ
sira Kapitan Mur Â
salaminira atumbasÂ
rare ika Kapitan untunge prapti Â
dagang myang lungguhira[2]Â
Bila mengacu pada Babad Tanah Jawa di muka, Kapten Moor membeli Untung tidak melalui Kapten van Berber, melainkan dibeli langsung dari Bali. Sesudah membeli budak Untung, Kapten Moor mengalami peningkatan keuntungan dalam berdagan dan naik jabatan sebagai Mayor, Komisaris, dan Edele Heer (kepala dagang dalam organisasi VOC). Pendapat ini sejalan dengan Babad Surapati yang telah diterjemahkan oleh Sudibjo Z.H. dan R. Soeparmo dalam Babad Trunajaja - Surapatai, sebagai berikut:
//... sejak membeli anak dari Bali (Untung) itu/kapten Moor makin banyak keuntungannya/ia adalah seorang pedagang besar di Betawi//Pangkatnya naik, ia menjadi mayor/dan tak lama kemudian komisaris/tak berapa lama sesudah itu bahkan/diangkat menjadi "Edele Heer" Moor...//.
Menyadari bahwa Untung merupakan budak yang dapat mendatangkan keuntungan kepada tuannya, maka Kapten Moor memberikan nama "Untung" pada budak kecilnya itu. Sejak itu, budak yang memiliki nama asli Surawiraaji dikenal dengan nama Untung.
Kisah Cinta UntungÂ
Dikarenakan mendatangkan keuntungan baik dalam usaha dagang dan kedudukannya, Kapten Edele Heer Moor semakin menyayangi Untung. Sehingga Untung tidak lagi dianggap oleh Moor sebagai budak, melainkan anak emas. Karenanya, Moor memberikan kepercayaan pada Untuk untuk menemani putrinya yang bernama Suzanne.
Seringnya bertemu, hubungan antara Untung dan Suzanne semakin hari semakin akrab. Mereka seperti saudara seayah seibu. Mereka saling menyayangi dan sdaling mengasihi. Sehingga ketika berusia dewasa, mereka saling mencintai sebagai sepasang kekasih.