FAKTA sejarah menyebutkan bahwa Singhasari merupakan kerajaan yang didirikan Ken Arok pada tahun 1222. Semasa pemerintahan Ranggawuni (Serat Pararaton) atau Sri Jaya Wisnuwardhana (Kakawin Nagarakretagama) pada tahun 1248-1254, Singhasari mulai mengalami perkembangan.
Mengacu pada bukti-bukti sejarah, puncak kejayaan Singhasari terjadi semasa pemerintahan Kertanagara (1268-1292). Namun semasa Kertanagara berkuasa di Singhasari, kerajaan tersebut mengalami kehancurannya. Sesudah itu, Singhasari hanya berstatus sebagai kerajaan bawahan Daha dan berlanjut sebagai kerajaan bawahan Majapahit.
Sesudah Dyah Wijaya berkuasa di Majapahit, nama Singhasari tidak disebut-sebut lagi dalam wacana sejarah kerajaan-kerajaan di tanah Jawa. Tetapi nama Tumapel yang justru muncul sesudah Cakradhara (Kertawardhana) menjadi penguasa wilayah tersebut dan sekaligus sebagai pendamping raja Tribhuwana Wijayatunggadewi (raja Majapahit ke-3).
Kejayaan Singhasari
Tewujudnya puncak kejayaan Singhasari tidak bisa dilepaskan dengan keberhasilan Kertanegara di dalam melakukan ekspansi wilayah kekuasaannya serta menjaga konektivitas perdagangan antar pulau-pulau di nusantara. Di dalam mendukung keberhasilannya tersebut, Kertanagara menerapkan kebijakan baik dalam maupun luar negeri.
Berkaitan dengan kebijakan di dalam negeri, Kertanagara menggantikan beberapa pejabat lama (tua) dengan para pejabat muda yang bertujuan untuk menggalang pemerintahan lebih kuat. Selain itu, Kertanagara melakukan politik perkawinan yakni menikahkan putrinya dengan Ardharaja (putra Jayakatwang dari Gelanggelang) serta beberapa putrinya dengan Dyah Wijaya. Hal ini berujuan untuk menciptakan kerukunan dan kestabilan politik.
Berkaitan dengan kebijakan luar negeri, Kertanagara menggalang kerjasama dengan kerajaan lain, seperti Campa. Kertanagara pula mengirim pasukan ke Sunda, Pahang, dan Bali. Tidak ketinggalan, Kertanagara melakukan Ekspedisi Pamalayu. Ekspedisi ini bertujuan untuk menaklukkan kerajaan-kerajaan di Sumatra sehingga dapat memerkuat pengaruhnya di selat Malaka yang merupakan jalur ekonomi dan politik. Ekspedisi ini juga bertujuan untuk menghadang pengaruh kekuasaan Mongol yang telah menguasai hampir seluruh wilayah di daratan Asia.
Beberapa catatan sejarah menyebutkan bahwa Ekspedisi Pamalayu bertujuan untuk menjalin kekuatan dalam menghadapi orang Mongol dari Dinasti Yuan yang berkedudukan di Khanbalik (Beijing). Saat itu, Dinasti Yuan (Dinasti Mongol) telah berhasil melakukan ekspansi wilayah kekuasaan dari Korea hingga Rusia (Kievan Rus), Timur-Tengah, dan Eropa Timur. Selanjutnya, Dinasti Mongol berusaha memerluas wilayah kekuasaannya ke Jepang dan Jawa. Dengan demikian, tujuan Ekspedisi Pamalayu untuk menghadang armada Mongol agar tidak masuk ke perairan Jawa (nusantara).
Berpijak pada catartan sejarah bahwa pengiriman pasukan ke Sumatera di bawah pimpinan Kebo Anabrang pada tahun 1275. Kemudian, Kertanagara mengirim kembali utusan yang dipimpin oleh Rakryan Mahamantri Dyah Adwayabrahma yang membawa arca Amoghapasa sebagai tanda persahabatan dan hubungan diplomatik dengan Sri Maharaja Srimat Tribhuwanaraja Mauliwarmmadewa yang berkuasa di Dharmasraya.
Pada tahun, 1284, Kertanagara berhasil menaklukkan Bali, dan membawa rajanya sebagai tawanan. Dua tahun kemudian yakni tepatnya pada tahun 1286, Kertanagara berhasil menaklukkan beberapa kerajaan di Sumatera. Fakta ini yang mengukuhkan Kertanagara berhasil membawa Singhasari di puncak kejayaannya.