Entah energi apa yang mendorong saya untuk kembali menulis puisi selama sakit. Namun setiap saya mencoba, saya selalu gagal untuk menulis puisi yang baik. Mengingat puisi-puisi yang saya ciptakan itu sekadar mengekspresikan keluhan-keluhan sakit saya. Sungguhpun demikian, puisi-puisi yang tidak jauh berbeda dengan catatan harian itu dapat mengurangi kecemasan jiwa saya. Hingga lambat-laun, penyakit saya sembuh total.
Sesudah sembuh dari sakit, tiba-tiba saya tertarik untuk kembali menulis geguritan (puisi yang menggunakan Bahasa Jawa). Anehnya! Sebelum sakit, saya tidak pernah berhasil mencipta geguritan. Namun sesudah sembuh, saya dapat menulis geguritan dengan mudah. Tidak terbata-bata lagi, saat memilih kata-kata dalam Bahasa Jawa yang tepat untuk dirangkai menjadi satu geguritan. Berikut geguritan yang saya tulis dan dimuat pertama kali di Kalawarti Basa Jawa Jaka Lodang pada tahun 1995:
MAIN REMI
Â
Nasib digegem dhewe-dhewe
Sawetara pangarep-arep adoh ngumbara
Ngantu-antu Joker: pulunge urip
Tumeka pungkasane laku
Â
Nasib dibanting-banting
Rika kasabaran ilang ing dhadha