Mohon tunggu...
Sri Wintala Achmad
Sri Wintala Achmad Mohon Tunggu... Penulis - Biografi Sri Wintala Achmad

SRI WINTALA ACHMAD menulis puisi, cerpen, novel, filsafat dan budaya Jawa, serta sejarah. Karya-karya sastranya dimuat di media masa lokal, nasional, Malaysia, dan Australia; serta diterbitkan dalam berbagai antologi di tingkat daerah dan nasional. Nama kesastrawannya dicatat dalam "Buku Pintar Sastra Indonesia", susunan Pamusuk Eneste (Penerbit Kompas, 2001) dan "Apa dan Siapa Penyair Indonesia" (Yayasan Hari Puisi Indonesia, 2017). Profil kesastrawanannya dicatat dalam buku: Ngelmu Iku Kelakone Kanthi Laku (Balai Bahasa Yogyakarta, 2016); Jajah Desa Milang Kori (Balai Bahasa Yogyakarta, 2017); Menepis Sunyi Menyibak Batas (Balai Bahasa Jawa Tengah, 2018). Sebagai koordinator divisi sastra, Dewan Kesenian Cilacap periode 2017-2019.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Ratu Adil

10 Februari 2018   12:34 Diperbarui: 10 Februari 2018   12:38 2156
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Terutama di lingkup masyarakat Jawa, wacana tentang Ratu Adil sontak mengemuka di hari-hari menjelang Pemilu Presiden (Pilpres) pada tanggal 9 Juli mendatang. Ini tidak mengherankan. Mengingat masyarakat Jawa sangat meyakini, bahwa sosok Ratu Adil yang namanya tertulis di dalam Serat Musarar Jayabaya gubahan Pangeran Wijil I (Pangeran Kadilangu II) pada sekitar tahun 1666-1668 itu bakal hadir sebagai pemimpin negara yang dapat memberikan kesejahteraan dan kemakmuran bagi bangsa dan negaranya.

Keyakinan masyarakat Jawa mengenai sosok Ratu Adil ternyata tidak hanya bersumber dari apa yang tersurat di dalam Serat Musarar Jayabaya; namun pula yang tertulis dalam Serat Sabdapalon. Dengan demikian, masyarakat Jawa sangat meyakini tentang ciri-ciri dan tanda bakal datangnya Ratu Adil yang disertai oleh Sabdapalon. Sosok punakawan yang dilukiskan memiliki bentuk tubuh serupa Semar. Bertubuh pendek, tambun, dan berkuncung.

Ciri-Ciri

Terdapat ciri-ciri yang melekat pada sosok Ratu Adil. Berdasarkan Serat Musarar Jayabaya, Ratu Adil yang dilambangkan dengan bunga Tunjung Putih dan Ratu Amisan itu dimaknai sebagai pemimpin negara berkepribadian Jawa; penganut Islam sejati; serta berhati suci dan jujur.

Serat Musarar Jayabaya pula menjelaskan bahwa ciri-ciri Ratu Adil adalah putera Bathara Indra (dewa air), berparas Kresna, berjiwa Baladewa, bergelar perwira perang, dan bersenjata trisula wedha. Artinya Ratu Adil adalah sosok pemimpin negara ideal karena bakal mampu mensejahterakan kehidupan bagi seluruh rakyatnya, menjaga keselamatan lingkungan alam, berjiwa jujur dan tegas, memerangi kebatilan dan membela kebenaran, serta selalu berpikir logis, bertutur santun, dan perbuatannya selaras dengan apa yang dikatakan (tidak obral janji)

Ciri-ciri lain yang disinggung di dalam Serat Musarar Jayabaya, bahwa Ratu Adil tidak pernah menghadapi lawan-lawan politisnya dengan menggunakan kekerasan, tidak mau disanjung-sanjung laksana dewa oleh rakyatnya, tidak pernah khawatir bila dilupakan oleh sejarah, berpenampilan sederhana, memiliki kewibawaan di balik kesederhanaannya, menghamba kepada kepentingan rakyat, serta diasuh oleh Sabdapalon yang menurut Serat Sabdapalon bakal muncul sewaktu Gunung Merapi meletus dengan mengalirkan lahar ke arah barat daya (barat dan selatan

Ratu Adil diasuh oleh Sabdapalon. Ungkapan yang terkandung di dalam Serat Musarar Jayabaya ini bermakna, bahwa kemunculan Ratu Adil selalu disertai dengan kemunculan Sabdapalon. Sebagian masyarakat Jawa menafsirkan, bahwa Sabdapalon adalah pamomong raja-raja Jawa. Namun sebagian masyarakat Jawa lainnya menginterpretasikan, bahwa Sabdapalon merupakan sabda Tuhan yang dijadikan petunjuk oleh Ratu Adil selama menjalankan tugas dan kewajibannya sebagai abdi rakyat. Petunjuk Tuhan yang merupakan sumber terwujudnya keadilan sejati.

Tanda

Pupuh Sinom Serat Musarar Jayabaya (18-22) mengungkapkan mengenai kemunculan Ratu Adil yang ditandai dengan didahului datangnya era Kalabendu. Suatu era dimana keadaan negara dalam kacau-balau pada pasca pemerintahan Soekarno dan Soeharto (pasca reformasi).

Di era Kalabendu, hubungan pemimpin negara dengan rakyat akan semakin jauh dan tidak dinamis. Pemimpin negara tidak sempat untuk mengurusi dirinya sendiri, mamun tidak pula sanggup menyelesaikan segala persoalan negara yang dihadapinya. Karena itu, pemimpin negara akan diklaim oleh rakyatnya selalu berada dalam kebimbangan dan tidak tegas.

Disamping itu, energi negatif dari era Kalabendu niscaya memicu antar pemimpin untuk saling jegal agar berhasil tampil di muka, penguasa asing akan turut mencampuri urusan di dalam negeri, banyak orang pintar tidak berdaya, rakyat semakin hidup dalam kesengsaraan, serta banyak projek pelebaran jalan hingga menyebabkan rumah-rumah yang hancur rata dengan tanah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun