Mohon tunggu...
Achmad T
Achmad T Mohon Tunggu... -

hehehe...

Selanjutnya

Tutup

Politik

Ditekan US Dollar, Dikepung Kabut Asap

27 Oktober 2015   02:45 Diperbarui: 27 Oktober 2015   02:45 78
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Hari ini (26/10/2015), Rupiah sudah 'sedikit' lebih baik dari hari-hari kemarin. Ketika saya googling, nilainya Rp. 13.575,-. Beberapa pekan lalu, ketika mata uang kita jeblok hingga ke angka lebih dari empat belas ribuan, jelas banyak orang di tanah air dirundung kegamangan. Rasa was-was, takut sejarah seperti krisis di tahun 1998 kembali terulang.

Bagi masyarakat di pulau Sumatera, yang terjadi hari ini, indikasinya hampir serupa dengan kondisi awal saat sebelum krisis menggilas republik ini di era 1998. Indikasi kejadian tersebut seolah saling terkait, satu paket; pertama, nilai dolar melambung, asap tebal pun membumbung. Barulah kemudian krisis mendera dengan sempurna.

Masih kental dalam ingatan, kala itu mahasiswa berkumpul di pelataran parkir kampusnya, bersiap-siap turun kejalan. Mereka bersiap untuk berdemonstrasi. Sementara, jarak pandang sangat terbatas. Kabut asap dari hutan yang terbakar, atau dibakar, begitu pekat dan tebal.

Kini, meski tidak persis sama, sepertinya masih ada benang merah yang layak untuk ditarik baca dengan cermat. Ok, rupiah sudah kembali menguat. Namun asap tebal dari hutan yang terbakar, makin menggila, merampas kemerdekaan banyak orang untuk bisa bernafas, menghirup udara yang bersih, seperti yang sehari-hari kini mendera warga di banyak pulau di nusantara.

Bagi saya warga Sumatera, pembakaran hutan biang dari bencana asap ini, adalah sebuah KUDETA. Para pembesar pemilik perkebunan sawit, yang mayoritas berasal dari negara asing, dengan cara yang sangat licik saya nilai telah menganggap remeh legitimasi, kekuatan, kecerdasan serta ketegasan bangsa kita, khususnya di bawah pemerintahan JOKOWI.

Rupiah yang anjlok, membuat ribuan pekerja kehilangan pekerjaan. Aksi PHK oleh perusahaan-perusahaan yang terpaksa menekan berbagai cost kian marak. Dalam waktu yang tidak terlalu lama, angka pengangguran meningkat. Ancaman gejolak sosial pun membayang-bayangi era kepemimpinan JOKOWI ini. Berita-berita kriminal pun menyusul. Publikasi crime news mencuat dengan report modus, motif, kualitas dan kuantitas kejahatan yang aneh dan mulai tidak masuk akal.

Dalam situasi seperti ini, jelas pemerintah akan bertindak sangat hati-hati pada para korporasi, utamanya pada perusahaan-perusahaan yang menampung banyak tenaga kerja. Lihat saja, berbagai regulasi dikendorkan, kemudahan-kemudahan dibuka untuk tetap merangsang dunia bisnis, agar tetap eksis dan bertahan dimasa-masa kurang menguntungkan seperti sekarang.

Sayangnya, peta keadaan ini sepertinya telah ditafsirkan lain oleh pengusaha khususnya pemilik perkebunan. Kepala mereka mejadi tegak terlalu tinggi.

Lemahnya kondisi perekonomian secara global akibat lonjakan nilai tukar uang, menjadi peluang besar bagi para pengusaha untuk berani-berani membakar hutan dengan cara terstruktur, sistematis dan masief, untuk kepentingan ekspansi bisnis mereka. Mereka merasa memiliki jaminan sebuah kartu troof; bahwa Pemerintah tidak akan mungkin gegabah menindak perusahaan perkebunan yang bukan saja nakal, tapi telah kurang ajar membakar hutan secara beramai-ramai itu.

Faktanya, dimasa pemerintahan SBY, sekali presiden RI turun ke RIAU, asap berkurang. Kali ini, bukan sekali JOKOWI menyidak ASAP, aneh bukannya reda, kini malah kian tebal meracuni kehidupan masyarakat dimana-mana.

Kudeta dan persekongkolan para pengusaha pembakar hutan di Nusantara ini harus segera dihentikan. Kepiawaian mereka bermain di air keruh harus segera akhiri. Apalagi mereka seolah tak lagi segan-segan, meracuni jutaan jiwa, meremehkan kesehatan jutaan generasi bangsa yang masih berusia belia, dan menganggap pemerintahan JOKOWI tidak akan bisa tegas, tidak akan menemukan cara yang cerdas, dalam mengatasi persoalan yang kelihatannya terlalu berat, bagi pemerintahan sekelas pemerintan JOKOWI era ini.

 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun