Mohon tunggu...
Acep Purqon
Acep Purqon Mohon Tunggu... Dosen - Dosen ITB

Director of International Office , ITERA (Institut teknologi Sumatera) Chief of Data Science, ITERA (Institut teknologi Sumatera) Collaborative Professor, Kanazawa University, Japan Earth Physics and Complex Systems, Institute of Technology Bandung (ITB)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Tata Krama dan Pergeseran Budaya Komunal

9 Juli 2020   20:15 Diperbarui: 9 Juli 2020   20:10 179
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ada kejadian menarik saat saya ada kunjungan ke salah satu universitas di Korea dan bertemu dengan rektornya. Waktu itu saya ditemani beberapa mahasiswa Indonesia yang belajar disana. Kebetulan kami sudah akrab sebelumnya. Mungkin dia memperhatikan kami, lalu dia menegur mahasiswa indonesia saat kami berjalan bareng menyusuri jalan.

Kejadiannya sebenarnya sederhana, tapi mungkin mengusik buat dia. Saya kemana-mana bawa tas yang saya sebut mobile office (karena semua alat perang ada disitu, maksudnya semua barang-barang harian saya). 

Tapi bagi dia itu tidak sopan atau mungkin tidak cocok dengan sistem nilai yang dia anut yaitu membiarkan yang lebih tua bawa-bawa tas sementara yang muda tidak membantu. 

Dia langsung menasehati, bahwa yang muda harusnya segera faham bagian tatakrama seperti itu. Saya pun mencoba membiarkan anak yang lebih muda untuk membawakan tas tersebut, meski pun tentu saya lebih daripada mampu untuk membawa tas tersebut.

Mungkin Korea dan Indonesia sebagai sesama dari timur, mempunyai beberapa sistem nilai yang sama. Pada saat ini, tidak sedikit yang sungkan untuk menegur hal-hal yang tidak sesuai dengan adat ketimuran, dengan beragam alasan dan pertimbangan masing-masing tentunya. 

Padahal ada periode sebelumnya dan saya pun pernah mengalaminya misal kadang berlaku anak tetangga adalah anak kita juga. Kalau ada anak yang keliru, ada saja yang bisa dibetulkan, dinasehati bahkan dalam kondisi tertentu bisa dimarahi. Artinya tatakrama adalah tanggung jawab bersama untuk menjaganya, semacam nilai-nilai komunal yang dijaga. 

Karena mungkin kalau ada yang keliru, akan mencemarkan daerah tersebut. Orang tua tidak akan tersinggung saat anaknya dinasehati orang tua yang lain, bahkan berterima kasih. Namun, Tapi ada kecenderungan jaman sekarang mungkin malah sebaliknya, bahkan kondisi ekstrim misalnya "Ngapain kamu marahin anak gue", "jangan ikut campur" dll.

Hal tersebut sepertinya sepele. Tapi justru dari hal yang sepele biasanya persoalan tumbuh menjadi besar. Pergeseran budaya ini cukup merisaukan. Tapi rasanya pengikisan ini boleh jadi terjadi karena dimulai dari keengganan menegur atau mengingatkan orang lain. Dalam tradisi ketimuran, saling menjaga menjadi nilai yang dominan, dimana nilai-nilai dijaga secara komunal.

Ada kejadian menarik yang lain, ada rektor lain di Korea yang sengaja bawa tas saya tersebut. Karena posisi saya sebagai tamu. Tas saya saat itu cukup berat dan tidak cocok dibawa oleh orangtua, tapi rupanya dibawanya sendiri.

Sementara para wakil rektornya juga tidak bisa melakukan lebih dari itu kecuali membiarkan pak rektor bawa-bawa tas saya tersebut. Dibalik tindakan seperti itu, rupanya ada pertimbangan dari dia, yaitu dia ingin memberi keteladanan, agar siapapun nantinya yang akan jadi rektor, tetap bisa menjaga tradisi tersebut. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun