Mohon tunggu...
Acep Purqon
Acep Purqon Mohon Tunggu... Dosen - Dosen ITB

Director of International Office , ITERA (Institut teknologi Sumatera) Chief of Data Science, ITERA (Institut teknologi Sumatera) Collaborative Professor, Kanazawa University, Japan Earth Physics and Complex Systems, Institute of Technology Bandung (ITB)

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Pentingnya Sains Data pada Transformasi Digital dan Penumbuh Ekonomi Daerah Baru

6 Juli 2020   07:29 Diperbarui: 6 Juli 2020   07:57 821
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dunia global berubah sangat cepat. Bidang profesi pun berubah sangat cepat. Beberapa profesi yang dulunya ada, namun di era revolusi industri 4.0 ini sudah mulai ada yang terdisrupsi oleh yang lain, yang malah tidak pernah terpikirkan bakal ada profesi seperti itu sebelumnya.

Di era Revolusi Industri 4.0 ini ditandai dengan penggunaan masif pada  Internet of Things (IoT), Big Data, Cloud Computing, Robotic dan Artificial Intelligence (AI). Lem perekat atau pemersatu penggunaan masif ini adalah data, karena semuanya membutuhkan data.

Begitu pentingnya data saat ini, ada semacam anekdot, dulu kekayaan bertumpu pada emas, siapa pegang emas maka dia jadi penguasa. Kemudian bergeser ke uang, siapa yang punya uang maka dia jadi penguasa.   Di era ini, mulai masuk babak baru, siapa menguasai data, maka dia layak jadi penguasa. Data ini juga diprediksi akan jadi semacam mata uang baru.

Seiring meningkatnya transaksi dan interaksi online,  maka segala macam aktivitas bisa tercatat dan bisa dianalisis untuk menjadi masukan kebijakan untuk para decision maker baik di pemerintahan maupun perusahaan swasta. Di era big data dan meledaknya informasi ini, orang yang bisa menambang data (data mining) adalah penguasanya. Karena dengan data tersebut bisa dianalisis bagaimana perilaku konsumen dll sehingga bisa memperbaiki kinerja bisnisnya dll. Transformasi digital akan sangat maksimal kalau terjadi interaksi yang baik antara manusia dan mesin dimana manusia bisa menjalankan aktivitasnya jadi lebih efisien.

Lahirlah bidang multidisplin baru yang disebut Sains Data (Data Science). Hampir semua perusahaan membutuhkan analisis untuk benefit perusahaannya. Sementara untuk mendapatkan benefit, maka perlu mengetahui lebih dalam tentang perilaku pelanggan atau costumer behavior. Maka perlu ilmu untuk menganalisis data ini, terlebih jika datanya meledak sebagai big data, maka butuh pengetahuan menambang data atau data mining tersebut.

Saat ini Sains Data menjelma jadi kebutuhan penting. Baik yang menjamur pada industri rintisan teknologi (startup) yang kini menjadi trend dan sukses menjadi unicorn, misal pada bidang e-commerce, fintech dll, akan tetapi bidang ini juga dibutuhkan pada hampir semua bidang industri seperti perbankan, kesehatan, energi, manufaktur dan berbagai jenis industri jasa.

Sayangnya, kebutuhan yang besar tersebut saat ini belum diimbangi dengan ketersediaan SDM ilmuwan data atau data scientist. Profesi ini juga menuntut bekerja multidisiplin. Dimana sekarang masalah tidak bisa diselesaikan oleh monodisiplin atau satu disiplin ilmu saja, namun harus dipecahkan dengan cara bersama-sama dan lintas disiplin dan juga multidisplin.

Tidak mengherankan di Amerika Serikat, saat ini Sains Data menjadi bidang profesi baru (sebagaimana profesi dokter, insinyur dll) dengan gaji terbesar untuk fresh graduate. Di Indonesia pun sama dan menurut Kompas 2019, gaji fresh graduate bidang ini sekitar 15-20 juta per bulan. Juga tidak kalah sensasionalnya laporan Harvard Business Review yang menyatakan Data Scientist as the sexiest job of the 21st Century.

Profesi sains data juga tidak hanya butuh hard-skill, namun juga butuh dukungan kemampuan soft-skill jadi penting. Karena saat menambang data, hal yang terpenting adalah menyajikan data kepada decision maker sebagai dashboard visual yang memudahkan. Dia harus bisa mengutarakan dengan jelas dan bisa mengkomunikasi dan menyajikan data dengan baik, sehingga data seolah bisa berbicara dengan baik. Banyak soft-skill yang dibutuhkan dalam sains data, termasuk computational thinking, design thinking, team work dll berhubung profesi ini menuntut kerjasama multidisplin.

Pulau-pulau baru di Indonesia juga membutuhkan profesi ini untuk mempercepat bertumbuhnya simpul-simpul ekonomi baru dan tidak hanya terpusat di Jawa saja. 

Tentu kita semua berkepentingan untuk percepatan teknologi di Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Papua dll. Memperbanyak SDM terkait Profesi Sains Data sangat penting sebagai pendukung transformasi digital pada Perusahaan dan Industri 4.0 di Indonesia yang pada akhirnya menggerakkan interaksi ekonomi lokal dan muncul daerah-daerah dengan geliat ekonomi baru. Simpul-simpul baru pertumbuhan dan pemerataan ekonomi akan mendukung keberhasilan Indonesia menatap masa depan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun