Ilmuwan dari King's College London dan Swansea University, bekerja sama dengan Google Cloud, telah mengembangkan aspal inovatif yang dapat memperbaiki dirinya sendiri tanpa perlu perawatan atau intervensi manusia. Teknologi ini berpotensi mengatasi masalah lubang jalan di Inggris, yang menelan biaya hingga 143 juta per tahun.
Retakan jalan terjadi karena bitumen mengeras akibat oksidasi. Untuk mencegah hal ini, tim peneliti menambahkan bahan berpori berbasis tumbuhan yang disebut spora ke dalam aspal. Spora ini mengandung minyak daur ulang yang dilepaskan saat terjadi retakan, sehingga memperbaiki kerusakan sebelum berkembang menjadi lubang jalan.
Selama penelitian, pembelajaran mesin digunakan untuk memahami perilaku bitumen dalam proses oksidasi dan pembentukan retakan. Dengan dukungan Google Cloud, tim berhasil mensimulasikan perilaku bitumen secara digital, mempercepat pengembangan teknologi ini.
Dalam pengujian laboratorium, teknologi ini mampu memperbaiki mikroretakan dalam waktu kurang dari satu jam. Selain meningkatkan daya tahan jalan, penggunaan limbah biomassa dalam aspal juga mengurangi ketergantungan pada minyak bumi, menjadikannya lebih ramah lingkungan.
Jika diterapkan secara luas, inovasi ini dapat menjadi solusi berkelanjutan untuk meningkatkan infrastruktur jalan, mengurangi biaya perbaikan, dan memperpanjang umur jalan secara signifikan.
Visit : J Service Inverter
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI