Mohon tunggu...
Acang
Acang Mohon Tunggu... Insinyur - sedang mengetik

pekerja proyek konstruksi yang seringkali tidak direncanakan dengan matang sehingga setelah selesai, tidak berfungsi sebagaimana mestinya.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Indonesia Memanggil Cak Nun

18 Mei 2019   04:50 Diperbarui: 18 Mei 2019   05:12 720
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tagar #IndonesiaMemanggilCakNun yang sempat menjadi trending topic

Kalau Anda warga twitland, beberapa waktu yang lalu tagar #IndonesiaMemanggilCakNun sempat menjadi trending topic. Menarik mencermatinya karena sependek yang saya amati, tagar tersebut menjadi trending setelah ada berita sebuah front pembela akan melaporkan Cak Nun ke pihak kepolisian. Aroma polarisasi dan segregasi yang belum hilang (atau malah makin menguat?) sejak musim pilpres yang lalu turut menjadi atmosfer yang mengamplifikasi berita tersebut.

Masalahnya sederhana. Pihak front pembela yang berencana melaporkan Cak Nun, lekat citra dan asosiasinya dengan pihak 01. Amplifikasi atas sebuah berita oleh pendukung 01 kemudian berkembang sedemikian rupa dan memenuhi platform berlambang burung biru imut yang sedang mencuit tersebut.

Tagar ini ternyata tidak berhenti di sini. Beberapa potongan 'sop buntut' Cak Nun kemudian digunakan pihak 02 untuk nimbrung pada tagar tersebut.

Semakin naiklah trending tagar tersebut selama beberapa saat di twitter. Yang pasti adalah naiknya tagar tersebut dimanfaatkan dengan sangat cepat, tangkas dan 'beringas', baik oleh 01 maupun 02.

Sah saja sebenarnya fenomena tersebut, apalagi gumpalan segregasi yang harusnya mencair pasca hari-H Pilpres makin meruncing polarisasinya. Jadilah setiap isu langsung ditunggangi untuk kepentingannya masing-masing. Pesan Cak Nun di awal April 2019 ketika -setidaknya- 3 kali silaturahmi dengan beberapa wartawan di Yogyakarta, Surabaya dan Semarang mengenai Pemilu rupanya tidak penting untuk menjadi bahan sebuah berita. Yang pertama yakni agar setelah 17 April berhenti berfikir, bersikap dan bertindak sebagai 01 atau 02, melainkan sebagai Indonesia.

Kedua, agar semua tokoh nasional yang dewasa dan matang cakrawalanya berkumpul bersama untuk mengantisipasi kemungkinan-kemungkinan setelah hari-H 17 April.

Memangnya Cak Nun itu siapa?

Kalau sejenak kita mengambil jarak dan berdialektika dengan media sosial, barangkali kita bisa iseng untuk mempertanyakan tagar tersebut. Benarkah Indonesia memanggil Cak Nun? Perlukah Indonesia memanggil Cak Nun? Siapa memangnya Cak Nun, sehingga Indonesia kemudian merasa perlu memanggilnya? 01 bisa menjawabnya agar Cak Nun mempertanggungjawabkan ucapannya sebagaimana 02 bisa mengajukan argumen agar Cak Nun ikut mendorong gerbong kereta pembuktian pencurangan terhadap hasil Pemilu.

Sekali lagi, memangnya siapa Cak Nun? Sehingga ketika beliau benar-benar memenuhi panggilan tersebut, akan berakibat signifikan bagi Indonesia.

Sekali lagi, apa sih yang dilakukan Cak Nun? Sehingga beliau pantas dan layak dipanggil oleh Indonesia.

Cak Nun, sepengetahuan saya, bukanlah siapa-siapa. Apalagi pasca Reformasi 1998. Untuk masa sebelum Reformasi 1998, bolehlah beliau dikenal dengan produktifitas kepenulisannya, kritisnya terhadap Orde Baru, "pembelotannya" dari ICMI, budaya tandingnya dengan "Lautan Jilbab", dan beberapa hal lainnya. Sehingga tak heran, kolomnya di media massa saat itu dinanti banyak orang. Majalah Gatra hingga majalah Humor pernah berhias wajahnya di sampulnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun