OG : Saya selalu bilang pada mereka, pengurus di daerah jangan ketergantungan pada APBN atau APBD. Setiap pengurus harus memiliki jiwa entrepreneur. Dunia usaha harus membantu olahraga, tanpa itu tidak mungkin. Saya 4 tahun tanpa APBN.
KP : Tanpa APBN gimana itu ?
OG : Ya, kita belajar berorganisasi, dukungan dari pengusaha yang kita kenal. Saya kan mantan di Polri. Bukan kita minta dikirimi duit, bukan. Eh kirimin duit neh. Nggak ada, nggak ada itu, resmi kita. Bikin proposal, ada kejuaraan. Mereka, pengusaha siap.
KP : Seperti apa gaya kepemimpinan seseorang, misalnya anda sebagai ketua umum, bagaimana caranya tenis meja ini bisa lebih maju ?
OG : Ya, memang omong kosong kalau olahraga tanpa uang. Tapi jangan berpikir kalau tidak ada yang dari APBD dan APBN tidak bisa. Tugas seorang ketua umum cukup berat. Bukan karena ketua umum gagah-gagahan.
Tidak ada ketua umum cabang olahraga yang kaya. Kalau ada yang kaya pasti dia memperkaya dirinya sendiri. Itu saja.
KP : Berarti untuk terlibat dalam kepengurusan olah raga bisa dikatakan panggilan jiwa ya ?
Karena panggian jiwa dalam mengurus Olahraga, walaupun usia sudah tua tapi secara fisik masih mampu, saya mencoba membangun partisipasi dari dunia usaha agar bisa mendukung pembangunan dan pembinaan olahraga di Indonesia.
Jangan memanfaatkan olahraga untuk mencari uang, demi kepentingan pribadi (money laundering, money politik dan sebagainya). Beberapa kasus yang terjadi sekarang dapat kita baca dan ikuti beritanya di media, seperti operasi tangkap tangan atau OTT oleh KPK dan sebagainya.
KP : Anda takut juga berurusan dengan KPK ya ?
OG : Bagi saya yang tidak pejabat publik, pejabat negara, saya tidak jadi masalah. Tapi, jangan sampai olahraga dijadikan ketuanya seolah-olah pejabat negara. Itu dipakai pencucian uang. Saya pernah amati dibeberapa tempat kejadian seperti itu.