Mohon tunggu...
Abu Tajir
Abu Tajir Mohon Tunggu... Freelancer - Bakul buku

Bakul buku yang hobi duit, nulis dan mengolah manusia

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Deterrence Strategy: Strategi Militer ala Singapura

10 Maret 2021   22:03 Diperbarui: 10 Maret 2021   22:08 410
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Keamanan. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Pixelcreatures

Deterrence, yang dalam bahasa Indonesia bisa diartikan dengan pencegahan atau gertakan, adalah suatu strategi militer yang misalnya nih, dipake oleh Singapura, untuk nakut-nakutin supaya negara lain gak macem-macem juga menangkis dan membalas dengan efektif serangan musuh supaya gak berlanjut ke tahap berikutnya.

Sejak adanya senjata nuklir, istilah "deterrence" biasanya dipake jadi nama untuk strategi militer dasar negara-negara yang punya senjata nuklir juga kelompok-kelompok persekutuan besar macam NATO atau persemakmuran Inggris. Tapi realitanya, strategi ini juga dipake sama negara yang gak punya nuklir dimana mereka bikin kekuatan tempur konvensional dan non konvensional yang besar, canggih dan efektif.

Premis utama dari strategi ini adalah setiap negara punya kekuatan tempur yang handal, baik konvensional dan non konvensional, yang daya hancurnya luar biasa besar ke target, bisa gerak cepat dan operatornya bisa selamet pas baku hantam dengan penyerang.

Strategi ini idealnya bisa langsung diterapkan ke pihak-pihak yang keliatannya mau bertingkah... gak lewat birokrasi yang rumit. Jadi strategi ini mencakup teknik "pre-emptive strike".

Elemen dasar untuk strategi ini, Gua kasih contoh aja ya, begini: Singapura diserang Indonesia. Karena peralatan punya Singapura lebih canggih, mereka bisa cepat deteksi, nentuin target dan buat serangan tangkisan. Serangan ini didesain daya hancurnya ke targetnya sebesar mungkin supaya pihak Indonesia susah mau maju ke tahap selanjutnya. Dan kalaupun pihak Singapura jebol pertahanannya dan menderita kerusakan besar, mereka tetap bisa buat sebagian pasukan Indonesia hancur walaupun ada resiko sebagian garis pertahanannya bolong. Intinya mencegah adanya serangan kedua, jadi bisa diadakan reorganisasi dulu bahkan nunggu bantuan dari sekutunya.

Jadi, strategi deterrence ini bisa dieksekusi, adalah dengan adanya:

* Kemampuan deteksi dini pergerakan negara (sebenernya non state actors juga masuk) lain dengan cepat, jelas dan terpercaya.

* Kemampuan untuk sesegera mungkin bergerak buat menghancurkan gerakan musuh supaya mereka keok dan pikir-pikir lagi kalo mau bertingkah.

* Kemampuan buat tetap eksis di bawah gempuran (sebagai anggota Persemakmuran Inggris, asetnya lebih aman dam selalu ada tempat untuk mundur).

Strategi ini diadopsi oleh Singapura dari Israel karena kedua negara itu kondisi hampir persis sama. Mentornya juga banyak dari Israel sih, bahkan sampe sekarang.

Singapura beneran serius jalanin strategi ini dengan selalu meng-update persenjataannya, diplomasi tingkat lokal, regional dan internasional yang kuat, manuver pemain ekonominya yang paten juga menggurita kemana-mana, pendekatan personal ke banyak orang penting di negara tetangganya supaya bikin kebijakan yang bikin enak Singapura, keamanan datanya yang super canggih.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun