Ada dua Gerakan yang utama dalam gerakan kuda sayyang pattudu yaitu, Gerakan dengan dua kaki depan yang di hentakkan ke tanah secara bersamaan ataupun bergantian saat dilakukan gerakan ada saat tertentu pada kuda dimana kaki yang diangkat dan berada di udara dihentikan sehingga kuda miring dan di situlah peran pesarung dimana dia memastiakn penunggang kuda tidak terjatuh pada saat kuda melakukan atraksinya dan juga Gerakan kepala yang di dongak-dongakan melambangkan kuda yang menikmati iringan tabuhan rebana dan memperlihatkan sisi keanggunannya.Â
Arak-arakan kuda menari ini umumnya ditunggangi oleh wanita-wanita suku mandar di sulbar yang duduk Anggun nan cantik diatas kuda baik satu maupun dua orang,seorang pessawe/totamma yang duduk didepan harus yang umurnya lebih tua. Ketika akan naik keatas kuda dalam tradisi sayyang pattudu ini sang penunggang kuda tidak di perbolehkan untuk menyentuh/menginjakkan kaki di tanah, untuk itu mereka akan di gendong setidaknya kuda ditempatkan di depan tangga rumah sehingga penunggang kuda dapat dengan mudah untuk naik keatas kuda Ketika sdh berada diatas kuda mereka tidak diperbolehkan untuk langsung duduk melainkan mereka harus berdiri tegak diatas punggung kuda hal ini melambangkan bahwa Masyarakat sulbar khususnya Wanita mampu bertahan  bahkan dalam keadaan/situasi sulit sekalipun. Pada saat di perbolehkan untuk duduk sikap duduk diatas kuda pun tidak boleh sembarangan dimana mereka yang menunggangi kuda harus bersikap duduk dengan elegan, indah untuk dipandangi dan pastinya sopan  berbeda dengan cara duduk dikursi/lantai, dimana sikap duduk diatas kuda ini lututÂ
sampai betis kiri merapat pada bagian dasar/ punggung samping kuda dan kaki tangan di tekuk dan akan dijaga dengan sangat waspada oleh pesarung walaupun pesarung resikonya juga sangat tinggi yaitu bisa terkena injakan kaki kuda yang sangat aktif menari-nari. Diatas lutut kanan disandarkan lengan kanan yang memegang kipas bulu, perhiasan khas suku mandar di sulbar Melati dirambut, anting berbalut kapas/dali, kalung emas berlapis,gelang balle, dan kipas berbulu yang didesain khusus dan dipakai di atas kuda makin menambah kesan keindahan dan kemewahan dalam festival ini. Â Â
prosesi pelaksanaan tradisi sayyang pattudu ini melalui beberapa Langkah-langkah/tahapan: yang pertama adalah maqbarasanji diharapkan dengan pembacaan barasanji ini Masyarakat akan senantiasa untuk selalu berusaha menjadikannya suritauladan dalam menjalankan kehidupan sehari-hari. Kedua adalah marratas baca dimana yang akan menunggangi kuda sayyang pattudu ini akan dituntun Kembali membaca ayat-ayat al-quran untuk memastikan mereka benar-benar memenuhi syarat tersebut.Â
Ketiga adalah adanya parrawana yaitu irama musik yang mengiringi penunggangan kuda irama ini berasal dari tabuhan gendang khas suku mandar di sulbar yang terbuat dari kulit rusa, kambing, ataupun sapi, parrawana ini akan mengiringi arak-arakan sampai di akhir/finish. Yang ke empat adalah kalindaqdaq adalah seni sastra mandar di sulbar yang berisi syair atau pantun khas mandar biasanya bersifat memberikan nasihat,motivasi, pujian dan juga lelucon/bersifat jenaka. Hal ini bertujuan agar suasana festival semakin meriah.Â
Yang ke lima ada pesarung yaitu pengawal dari penunggang yang bertujuan menjaga si penunggang kuda agar tetap aman dari segala sisi. Dan yang terakhir adalah pessawe/totamma yaitu mereka yang menunggangi kuda dan mereka merupakan inti dari acara pelaksanaan tradisi sayyang pattudu ini, mereka yang akan messawe harus mempersiapkan diri baik secara mental apalagi fisik termasuk juga segala perlengkapan setelah semua dianggap sudah lengkap dan aman mereka akan berkumpul dan mengatur posisi mereka sesuai dengan nomor urut yang telah di berikan sebelumnya dan festival sayyang pattudu pun mulai arak-arakan biasanya akan dimulai/start di lapangan terbuka kampung baru dan finish di halaman masjid raya atau masjid besar agung ilaikal mashir di passagarahan.
Sebagai generasi muda penurus bangsa, maka kita seharusnya memberikan dukungan dan dorongan yang baik bagi Masyarakat. Dalam hal berbudaya tidak ada larangan asalkan sejalan dengan Aqidah keagamaan
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI