Pernahkah kamu membayangkan tinggal di sebuah negara yang punya lebih dari 17.000 pulau, 1.300 suku, dan beragam agama, di mana semuanya hidup berdampingan dengan damai? Nah, itulah Indonesia. Negara ini sering dijuluki "bhinneka tunggal ika," yang artinya "berbeda-beda tapi tetap satu." Namun, frasa ini bukan hanya sekadar slogan yang dihafal. Ini adalah sebuah seni yang kami sebut toleransi, sebuah seni yang telah mengakar kuat dalam setiap interaksi sosial kami sehari-hari. Toleransi di sini tidak pasif; ini adalah sesuatu yang aktif dan terlihat nyata. Bukan sekadar "aku menerima kamu apa adanya," tapi lebih ke "mari kita merayakan keberagaman ini bersama-sama." Mari kita selami lebih dalam bagaimana seni ini dimainkan dalam kehidupan sehari-hari di Indonesia.
Fondasi Sosial: Berawal dari Komunitas
Sebelum kita bicara tentang praktiknya, kita perlu tahu fondasinya. Toleransi di Indonesia sangat dipengaruhi oleh kuatnya ikatan komunitas dan budaya gotong royong. Gotong royong adalah sebuah tradisi kuno yang berarti kerja sama. Gotong royong bukan cuma soal membangun rumah atau membersihkan lingkungan. Di Indonesia, gotong royong adalah semangat komunitas yang melampaui sekat-sekat agama dan etnis. Bayangkan ini: di sebuah desa, saat ada keluarga Muslim yang mengadakan pernikahan, tetangga mereka yang beragama Katolik dan Hindu akan ikut sibuk membantu. Mereka tidak peduli apa keyakinan orang lain, yang penting adalah membantu sesama. Gotong royong mengajarkan kami bahwa kami adalah bagian dari satu kesatuan, satu keluarga besar.
Toleransi dalam Praktik: Kisah-kisah Sehari-hari yang Menginspirasi
Seni toleransi ini paling terlihat dalam hal-hal kecil, dalam momen-momen yang mungkin luput dari perhatian. Di Indonesia, merayakan hari raya tidak hanya milik satu agama. Saat Idulfitri tiba, rumah-rumah keluarga Muslim dipenuhi tamu dari berbagai agama. Kue kering dan hidangan khas Lebaran dinikmati oleh semua. Begitu juga saat Natal, Paskah, atau Nyepi. Teman-teman non-Kristen akan ikut mengunjungi rumah teman-teman mereka yang merayakan Natal. Di Bali, saat umat Hindu merayakan Nyepi (Hari Raya Nyepi), seluruh pulau akan "mati total" selama 24 jam. Jalanan kosong, lampu dimatikan, dan bandara ditutup. Ini adalah bentuk penghormatan luar biasa yang diberikan oleh orang-orang dari agama lain, dan itu menjadi salah satu contoh toleransi paling indah di dunia.
Indonesia juga adalah negara dengan tingkat pernikahan lintas suku yang sangat tinggi. Seringkali, pernikahan ini juga lintas agama. Ketika pasangan memutuskan untuk menikah, keluarga mereka akan berusaha mencari jalan tengah. Misalnya, mereka bisa merayakan dua upacara pernikahan dengan adat dan tradisi masing-masing. Ini adalah bukti bahwa cinta dan toleransi bisa meleburkan perbedaan. Anak-anak yang lahir dari pernikahan seperti ini akan tumbuh dengan pemahaman yang kaya tentang dua budaya dan agama, menjadikan mereka jembatan keberagaman di masa depan. Di mana pun Anda pergi, Anda akan melihat bukti toleransi ini. Di pasar tradisional, pedagang Muslim menjual dagangannya di samping pedagang Tionghoa. Di universitas, mahasiswa dari berbagai pulau dan suku duduk bersama dalam satu kelas. Di sebuah kafe, sekelompok teman dari berbagai latar belakang etnis asyik "nongkrong" sambil bercerita. Semua interaksi ini terasa alami dan tanpa paksaan.
Tantangan dan Nuansa Keberagaman
Tentu saja, toleransi di Indonesia tidak selalu mulus. Ada saatnya perbedaan memicu gesekan, terutama di era media sosial saat ini. Namun, hal yang membedakan adalah bagaimana masyarakat menanggapi tantangan ini. Alih-alih membiarkan perpecahan tumbuh, masyarakat, tokoh agama, dan pemimpin komunitas seringkali langsung turun tangan. Mereka menggunakan musyawarah dan dialog untuk mencari solusi. Toleransi di sini juga bukan berarti tidak memiliki identitas. Kami tetap bangga dengan suku, agama, dan budaya kami. Justru, dengan kuatnya identitas masing-masing, kami jadi bisa lebih menghargai dan memahami identitas orang lain. Kami belajar bahwa perbedaan bukan untuk dihilangkan, tapi untuk dirayakan.
Sebuah Pelajaran untuk Dunia
Pada akhirnya, seni toleransi di Indonesia adalah tentang menemukan titik temu di tengah perbedaan. Ini adalah tentang kerelaan untuk berempati, mendengarkan, dan merayakan keberadaan orang lain. Ini adalah sebuah pengingat bahwa meskipun dunia sering terbagi, ada sebuah tempat di mana orang-orangnya telah membuktikan bahwa keberagaman adalah sebuah anugerah, bukan kutukan. Jadi, ketika kamu datang ke Indonesia, jangan hanya lihat keindahan alamnya. Lihatlah juga bagaimana orang-orangnya hidup. Kamu akan menemukan sebuah "seni" yang jauh lebih indah dan berharga dari apa pun.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI