Berproses itu adalah nafas kehidupan. Ia merupakan nyawa yang menghidupkan jiwa, menumbuh-kembangkan akal, juga menggerakan hati dan meluaskan rasa.
Tanpa berproses, manusia seperti tak hidup. Manusia bagai tiang yang diam, dimana tidak ada gerakan apalagi perubahan. Gerakan perubahan adalah hasil dari kolaborasi jiwa, akal dan hati yang terus diasah. Tanpa itu, maka manusia sesungguhnya telah mati saat hidupnya sebelum kematian menjemputnya.
Gambar diatas adalah salah satu contoh dari beberapa orang yang sedang berproses mengembangkan dirinya. Mereka sedang menghidupkan dirinya dengan berusaha melawan kekakuannya.Â
Memberi nyawa bagi jiwa, akal dan hatinya melalui kenekatannya tampil bergantian melakukan presentasi, sebuah tugas makalah yang  diberikan oleh senior-seniornya.
Mereka berani tampil meskipun malu disaat menyampaikan hasil tulisan makalahnya. Hanya bermodal nekat, ia tak takut tampil dihadapan seniornya meskipun daya menakutkan di mimik wajah senior begitu nampak kuat.Â
Mereka seperti bertengkar dengan dirinya. Mereka berjuang mengalahkan kuatnya rasa takut dan malunya. Dengan hanya bermodal nekat tanpa timbang-pikir, mereka berhasil mengalahkan rasa takut-malunya.Â
Mereka memenangkan pertarungan dengan baik meski sedikit mengalami kesulitan. Kemenangannya membuahkan hasil meski keringat basah mengguyur diwajahnya, hingga kertas yang dipegangnyapun ikut kebasahan saking derasnya.
Begitulah sesungguhnya dalam berproses. Tak seberat beban rindu yang dirasakan Dilan kepada Milea. Berproses tak sekejam itu. Namun tak segampang mudah katanya kaum milenial, sebab berproses tidak seringan membalikan telapak tangan.Â
Kunci berproses ada tiga, yaitu Berani, Berani dan Berani. Berani menghadapi tantangan, berani untuk berjuang, dan berani menjadi pemenang. Keberanian adalah senjata pamungkas dalam menjalani proses, dan berani ialah satu-satunya cara untuk membunuh ketakutan dan rasa malu.
Berproseslah agar engkau tetap hidup dan Beranilah agar engkau terus berproses.