Mohon tunggu...
abraham raubun
abraham raubun Mohon Tunggu... Ahli Gizi - Ahli gizi
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Olah raga, kuliner

Selanjutnya

Tutup

Foodie Pilihan

Ambuyat, Papedanya Brunei Darusalam

8 Februari 2023   06:34 Diperbarui: 8 Februari 2023   06:52 884
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foodie. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Papeda bagi sebagian masyarakat Sulawesi, Maluku, Muku Utara sampai Papua sudah menjadi bagian dalam menu makanan yang dihidangkan sebagai makanan pokok ketika waktu makan.

Pati batang pohon rumbia ini memang sudah dikenal lama sebagai hasil hutan yang menjadi andalan masyarakat bagi pangan keluarga.

Rupanya bukan hanya di bagian Timur Indonesia saya sagu ini dikenal, tetapi juga ternyata menjadi makanan tradisional di Brunei Darusalam yang banyak digemari, namanya  Ambuyat. 

Tampilannya persis papeda hanya asesorisnya agak berbeda bahan-bahannya juga ada sup ikan yang disebut ampap, atau ikan yang digoreng, dilengkapi sambal belacan, saus tempoyak dibuat dari buah durian.

Ambuyat merupakan makanan tradisional yang sangat digemari masyarakat Brunei. Satu set ambuyat terdiri dari bubur sagu yang memiliki tekstur sangat lengket dan berwarna putih seperti lem. 

Dimakan dengan sup ikan atau yang lebih dikenal dengan ampap ikan, ikan bilis goreng, sambal belacan, saus tempoyak, cah kangkung,  lalapan, dan jeruk bambangan (semacam buah asam endemik di wilayah Borneo yang dipercaya dapat meningkatkan selera makan). Itu pilihan .enu pendamping ketika menyantap Ambuyat.

Ambuyat sangat mirip dengan papeda, bahan dasarnya memang sama, yaitu tepung sagu. Hal yang membedakannya adalah kuah ikannya. Papeda dinikmati dengan kuah kuning atau kuah asam pedas,  sedangkan ambuyat memiliki lebih banyak pilihan kuah, mulai dari kuah ikan hingga saus tempoyak yang terbuat dari durian. Ambuyat sangat mudah ditemukan di beberapa rumah makan di Brunei Darussalam.

Di Maluku ada cara tradisional untuk menikmati papeda yaitu dengan cara mengisi piring dengan kuah ikan terlebih dahulu, baru kemudian papeda yang di ambil dengan cara menggulung pada dua bilah bambu. Lebih unik lagi tetapi dianggap mengasyikan yaitu cara memakannya yang tidak menggunakan sendok, tetapi "diseruput" langsung dari pinggir piring. 

Dengan demikian dengan beberapa kali sedot saja selesailah sudah tugas  memindahkan papeda dari piring kedalam perut. Itu banyak dilakukan oleh orang-orang tua dahulu, mungkin sekarang sudah jarang dilakukan.

Hampir sama dengan Ambuyat  yang disendok menggunakan sumpit kayu tebal yang biasa disebut candas kemudian digulung dan dicampur ke dalam sup ikan dan asesoris lainnya.

Ambuyat dikenal juga dan di beberapa negara bagian  Malaysia, Sarawak dan Sabah serta wilayah federal Labuan di mana ladang dikenal sebagai  linut. Mengonsumsi papeda atau Ambuyat memang baik karenda mengandung karbohidrat kompleks.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun