Mohon tunggu...
Abraham FanggidaE
Abraham FanggidaE Mohon Tunggu... pegawai negeri -

Abraham FanggidaE

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Penjual Bubur Ayam Pagi Itu

11 Agustus 2011   01:12 Diperbarui: 26 Juni 2015   02:54 1466
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Tiap pagi di kawasan Bintaro, Jakarta Selatan, Mas Darto, asal Tegal mendorong gerobak bubur ayam keliling komplek mencari pembeli. Nampaknya Mas darto sudah punya pelanggan tetap. Bubur Ayam Mas darto harganya cukup murah. Satu porsi bubur ayam dijual Rp 5.000. Tapi, kita bisa membeli dengan harga Rp 3000 atau Rp 2.500/ porsi. Mas Darto siap melayani. Prinsipnya, melayani pelanggan sampai puas. Hasilnya bubur ayam produksinya laris manis. Setiap hari kurang lebih pukul 09.00 pagi,  bubur ayam Mas Darto sudah ludes.

Rasa bubur ayam Mas Darto biasa-biasa saja.  Kalau mau lebih komplit bisa beli sate telor atau ati ayam. Satu tusuk Rp 1.000. Dengan membeli bubur ayam Rp 3.000 tambah dua tusuk sate Rp 2.000 sudah bergizi, maknyus, kenyang dan puas. Menurut Mas darto, tiap pagi dia membawa 40 porsi bubur ayam ditambah dua puluhan tusukan sate dan telor, dan semuanya ludes. Mas darto memperoleh penghasilan kotor sekitar Rp 160.000/hari.

Pelanggan Mas Darto ternyata bervariasi. Yang menarik sekali, ternyata bubur ayam ini paling disukai kebanyakan ibu rmah tangga untuk sarapan pagi bergizi buat anak balita mereka. Pantasan, tiap pagi ibu-ibu pelanggan antrean atau silih berganti menghampiri gerobak bubur ayam. Sebagian ibu, juga pembantu/baby sitter menggendong atau membawa anak balita menghampiri gerobak Mas Darto. Setelah bubur ayam terisidalam piring pembeli, sang anak langsung disuapin mama atau pembantunya, sambil jalan-jalan atau main di sekitar rumah.

Memasuki bulan puasa Mas Darto ikutan meliburkan diri. Apakah Mas Darto sudah mudik dini ke Tegal? Saya gak tahu. Yang pasti Mas Darto dengan gerobak bubur ayamnya menghilang. Benar-benar dia tidak menjual, tidak memperoleh penghasilan. Anak-anak balita yang tiap pagi sarapan bubur ayam Mas Darto juga kehilangan sarapan pagi bergizi kesukaan mereka.

Batang hidung Mas Darto tidak kelihatan. Entah Mas Darto menghilang ke mana. Yang jelas Mas Darto   kehilangan penghasilan. Pekerjannya hanya itu, menjual bubur ayam pagi hari. Bubur ayam Mas Darto bukan bubur khusus untuk sarapan pagi, namun lidah pelanggan bubur nampaknya khusus untuk sarapan pagi hari. Anak-anak balita yang suka sekali bubur ayam Mas darto, semoga tidak mengalami kurang gizi akibat selama satu bulan tidak makan sarapan kesukaan mereka. Semoga tidak ada anak yang sakit, atau menderita kurang gizi karena tidak memperoleh asupan gizi dari bubur ayam Mas Darto.

Mas Darto kembali menjumpai pelanggannya setelah pulang mudik, media September 2011. Perbaikan gizi anak balita pelanggan bubur ayam Mas Darto dimulai lagi medio September 2011.  Mas Darto dan pelanggan tentu saling merindukan. Aku kangen karo kowe. I Miss You.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun