Mohon tunggu...
Muh Zaenuddin
Muh Zaenuddin Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Money

Konsep Tawakkal Umar Bin Khattab dalam Ekonomi Islam

6 Januari 2018   21:30 Diperbarui: 6 Januari 2018   21:40 1279
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Sebenarnya pemahaman yang salah terhadap sebagian masalah syariah merupakan hal yang paling riskan terhadap umat Islam. Karena berdampak pada munculnya sebagian golongan yang hanya bersandar (menyerahkan diri) kepada Allah tanpa disertai dengan usaha. Hal ini adalah akibat salahnya memahami arti tawakkal.

Dari segi bahasa, tawakal berasal dari kata 'tawakkala' yang memiliki arti; menyerahkan, mempercayakan dan mewakilkan. (Munawir, 1984 : 1687). Seseorang yang bertawakal adalah seseorang yang menyerahkan, mempercayakan dan mewakilkan segala urusannya hanya kepada Allah SWT. Sedangkan dari segi istilahnya, tawakal didefinisikan oleh beberapa ulama salaf, yang sesungguhnya memiliki muara yang sama. Diantara definisi mereka adalah:

Menurut Imam Ahmad bin Hambal, tawakal merupakan aktivias hati, artinya tawakal itu merupakan perbuatan yang dilakukan oleh hati, bukan sesuatu yang diucapkan oleh lisan, bukan pula sesuatu yang dilakukan oleh anggota tubuh. Dan tawakal juga bukan merupakan sebuah keilmuan dan pengetahuan. (Al-Jauzi/ Tahdzib Madarijis Salikin, tt : 337)

Ibnu Qoyim al-Jauzi, "Tawakal merupakan amalan dan ubudiyah (baca; penghambaan) hati dengan menyandarkan segala sesuatu hanya kepada Allah, tsiqah terhadap-Nya, berlindung hanya kepada-Nya dan ridha atas sesuatu yang menimpa dirinya, berdasarkan keyakinan bahwa Allah akan memberikannya segala 'kecukupan' bagi dirinya..., dengan tetap melaksanakan 'sebab-sebab' (baca ; faktor-faktor yang mengarakhkannya pada sesuatu yang dicarinya) serta usaha keras untuk dapat memperolehnya." (Al-Jauzi/ Arruh fi Kalam ala Arwahil Amwat wal Ahya' bidalail minal Kitab was Sunnah, 1975 : 254)

Allah SWT menciptakan segala sesuatu dengan sebab, dan menciptakan pula jalan jalan untuk meraihnya. Dan sikap manusia dalam memahami jalan tersebut terbagi menjadi tiga golongan:

Kelompok ekstrim kanan, yaitu golongan orang-orang yang mengandalkan sebab dan tawakkal serta percaya sepenuhnya kepadanya. Adapun kelompok ekstrim kiri adalah orang-orang yang meninggalkan serta mengabaikan sebab sama sekali. Sedangkan kelompok pertengahan adalah mereka yang berpedoman kepada sebab dan menempatkannya pada apa yang dikehendaki Allah, artinya mereka memadukan antara mentauhidkan Allah dan keyakinan segala sesuatu itu mempunyai sebab atau jalan meraihnya.

Dan Allah SWT telah menjadikan usaha di muka dan ragam kegiatan ekonomi bumi ini sebagai sebab bagi keberhasilan manusia terhadap penghidupan dan rizki mereka, dan menghimbau kepada mereka agar melaksanakannya, dalam hal ini Allah SWT berfirman dalam surat al-Mulk: yang artinya:

"Dialah yang menjadikan bumi itu mudah bagi kamu, maka berjalanlah di segala penjurunya dan makanlah sebagian dari rizki-Nya. Dan hanya kepada-Nyalah kamu (kembali setelah) dibangkitkan"

Dan ketika seseorang bertanya kepada Rasulullah SAW "Ya Rasulullah, aku membawa unta, apakah aku mengikatnya, ataukah aku melepaskannya dan tawakkal?" Maka beliau menjawab, "Ikatlah (unta itu), lalu tawakkalla!"

Terdapat suatu kelompok yang beranggapan bahwa usaha mencari rezeki dan melakukan kegiatan ekonomi adalah bertentangan dengan tawakkal, sehingga mereka mereka hanya duduk dan berserah dengan dalih merealisasikan tawakkal. Dan sikap Umar bin Khattab terhadap hal ini sangat jelas dan tegas sehingga beliau pernah berkata: Janganlah seseorang di antara kamu duduk dari mencari rizki seraya mengatakan, "Ya Allah, berikanlah rizki kepadaku!", sebab kamu mengetahui bahwa Allah tidak menurunkan hujan emas dan perak. Sesungguhnya Allah memberi rizki kapada sebagian manusia dari sebagian yang lain. Lalu beliau membaca firman Allah, "Apabila telah ditunaikan shalat, maka bertebaranlah kamu di muka bumi dan carilah karunia Allah, dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung" (Al-Jumu'ah: 10)

Bahkan ketika Umar melewati sekelompok orang, beliau berkata kepada mereka, "Siapakah kamu?" "Kami adalah orang-orang yang tawakkal (mutawakkilin)!" jawab mereka. Maka Umar berkata, "Tidak, bahkan kamu adalah orang-orang yang mengandalkan pemberian manusia!. Maukah kamu jika aku beritahukan tentang orang yang tawakkal? Dia adalah seseorang yang menabur benih di tanah, kemudian berserah diri kepada Tuhannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun